Jakarta, SumselSatu.com – Simposium nasional dengan tajuk ‘Bangkit Bergerak, Pemuda Indonesia Majukan Bangsa’ yang diadakan oleh Taruna Merah Putih menghasilkan beberapa rekomendasi. Ada 11 hasil dan rekomendasi dari simposium mereka.
Pertama, adalah soal perang yang akan menjadi perang energi yang akan datang. Ini untuk memperebutkan pangan di masa depan karena pertumbuhan penduduk semakin bertambah namun kesediaan pangan terbatas. Kedua, nantinya pangan akan berada di negara-negara equator seperti Indonesia, hal ini membuat negara lain berlomba merebutnya hingga membuat konflik.
“Negara-negara yang berkepentingan akan menggunakan segala cara untuk mengakses pangan, termasuk proxy war, menciptakan konflik atau kekacauan di negara target,untuk dapat dikuasai,” ujar Steering Committe Simposium Twedy Ginting di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2017).
Ketiga, soal intoleransi di Indonesia. Menurut Twedy tidak terlepas dari Indonesia yang sangat kaya sumber daya alam juga jumlah penduduknya yang besar. Dia pun meminta agar para pemuda bisa menjadi perekat semua komponen bangsa seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan. Selain itu juga posisi Indonesia memiliki posisi yang strategis di dunia, itu menjadi modal untuk bersaing di dunia internasional.
“Di sisi lain, data menunjukkan bahwa hampir 30 % anak di Indonesia mengalami kekurangan gizi dan tingkat pendidikan penduduk masih rendah. Kondisi tersebut menjadikan pemerintah mengambil langkah konkret melalui Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Kebijakan pemerintah tersebut merupakan investasi untuk generasi muda agar dapat menjadi makhluk yang kompetitif di masa depan,” ucapnya.
“Kelima, pemerintah dengan APBN sebesar Rp 2.100 triliun berusaha menjadikan Indonesia secara keseluruhan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Pengelolaan APBN tersebut dilakukan pemerintah secara berkeadilan, sehingga membutuhkan pengawasan dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya pemuda dan mahasiswa,” terangnya.
Keenam, dia meminta pemerintah untuk menaikan daya saing Indonesia, guna mengejar ketertinggalan dari negara lain. Pembangunan infrastruktur dan sumber daya alam serta penguasaan teknologi agar memiliki lebih daya saing di mata dunia.
“Ketujuh, dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, diperlukan keberpihakan pemerintah kepada pelaku usaha khususnya wirausaha muda. Keberpihakan pemerintah tersebut juga harus diimbangi dengan kerja keras dan kerja cerdas,”ujar Streering Committe Simposium Nasional lainnya, Ayub Pongrekun.
Kedepalan, Ayub menyebut bila pemuda Indonesia harus memiliki mimpi besar. Mimpi tersebut juga harus ditunjang oleh pendidikan, inovasi, kreativitas, jaringan dan rekam jejak yang baik.
“Sembilan, Nation hood Indonesia yang menjadi cikal bakal nation state Indonesia dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa. Nation hood Indonesia didasari atas prinsip toleransi dan egaliter. Hal ini terlihat dari beragamnya perwakilan pemuda yang mendeklarasikan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 sampai dengan memproklamirkan Kemerdekaan RI,” ujar Ayub.
Sepuluh, dia menyebut, watak dan mental orang Indonesia sejatinya adalah orang-orang yang pekerja keras, jujur dan toleran. Karena itu, watak yang ada harus dijaga dan terus ditumbuhkan.
“Bila ada yang menyimpang dari hal tersebut, maka harus segera disikapi oleh semua komponen bangsa agar tidak berkembang menjadi sesuatu yang bisa menghancurkan bangsa dan negara Indonesia,” tegasnya.
Terakhir, untuk membangun bangsa diperlukan gotong royong dari semua pihak. Gotong royong tersebut sangat penting untuk melakukan pembangunan dan terwujudnya kesejahteraan rakyat secara cepat tanpa meninggalkan jati diri sebagai bangsa Indonesia. (min/dtk)