BBPOM Palembang Temukan Formalin dan Pewarna Tekstil di Takjil Buka Puasa

BERI KETERANGAN---Plt Kepala BBPOM Palembang Teddy Wirawan merilis hasil intensifikasi pangan bulan Ramadan dan Idul Fitri 1445 H, Rabu (3/4/2024). (FOTO: SS 1/ARI).

Palembang, SumselSatu.com

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Palembang masih menemukan formalin dan pewarna tekstil (Rhodamin B) pada makanan yang beredar di Sumatera Selatan (Sumsel) termasuk Kota Palembang.

“Selama Ramadhan ini sejak 3 Maret-18 April kami rutin melakukan intensifikasi ke distributor ritel, pasar beduk dan pasar tradisional,” ujar Plt Kepala BBPOM Palembang Teddy Wirawan saat merilis hasil intensifikasi pangan bulan Ramadan dan Idul Fitri 1445 H, Rabu (3/4/2024).

Teddy mengatakan, BBPOM memeriksa 279 item sampel takjil di Kota Palembang, yakni 16 pasar bedug, Kabupaten Banyuasin, OKU, OKUT, OKI, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Prabumulih, Muara Enim, dan Ogan Ilir. Diantaranya ada 5 sampel yakni rujak mie mengandung formalin, cendol warna pink dan kue sengkulun mengandung pewarna tekstil.

Selain di pasar bedug, formalin dan pewarna tekstil juga di temukan di pasar tradisional di Kota Palembang, Kabupaten OKU dan OKU Timur.

“Kami temukan 2 sampel tahu putih positif formalin, dan terasi asal Sungsang mengandung pewarna tekstil,” katanya.

BBPOM juga memastikan keamanan bahan pangan dengan memeriksa 43 sarana distribusi pangan. Diantaranya ada 10 distributor pangan di Palembang, Ogan Ilir dan OKU.

“Dari 10 ditemukan 4 distributor dengan kondisi gudangnya tidak memenuhi syarat dengan hasil penilaian C,” katanya.

Selain itu, pemeriksaan di 21 supermarket diantaranya ada 1 supermarket yang menjual pangan telah habis masa izin berlaku usaha dan pangan rusak kemasan.
Sementara pasar tradisional dan pembuat parcel semuanya memenuhi ketentuan dan syarat.

“Dengan total keekonomian dari bahan pangan yang habis masa izin edar ada 6 item dan 86 pcs Rp1.492.000, rusak kemasan ada 2 item dan 2 pcs Rp25.640,” katanya.

Menurutnya, dibandingkan tahun lalu 2024 ini jauh berkurang penggunaan formalin pada tahu dan rujak mie. Para pelaku usaha sudah menggunakan mie kering.

“Dari nilai keekonomian pun turun, tahun lalu sampai Rp4,3 juta. Untuk terasi yang mengandung pewarna tekstil kami akan segera melakukan verifikasi kembali ke OKI dan Sungsang,” katanya. #ari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here