Ada 3 Jenis Kasus Virus Difteri

Kepala Dinkes Sumsel Lesty Nuraini

Palembang, SumselSatu.com

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Lesty Nuraini, mengatakan, akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di beberapa negara berkembang, termasuk di Indonesia. KLB Difteri adalah ditemukannya minimal satu kasus Difteri klinis di suatu ini wilayah kabupaten/kota.

“Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae yang menyerang faring, laring atau tonsil yang kesemuanya merupakan bagian dari tenggorokan”, ungkapnya ketika di wawancarai di ruang kerjanya, Kamis (14/12/2017).

Dijelaskanya, wabah penyakit ini memiliki tiga jenis kasus, yaitu kasus konfirmasi Difteri, kasus carrier Difteri, dan kasus kontak difteri.

“Kasus konfirmasi Difteri adalah orang dengan gejala klinis Difteri dan hasil laboratorium apus tenggoroknya menunjukkan hasil positif Corynebacterium diphtheriae. Sementara untuk kasus carrier Difteri adalah kontak kasus yang tidak menunjukkan gejala Difteri, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif untuk Corynebacterium diphtheriae. Carrier kronis dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan. Kasus carrier harus mendapat pengobatan antibiotika sampai hasil laboratoriumnya menunjukkan negatif. Terakhir kasus kontak Difteri adalah orang serumah dengan kasus Difteri, tetangga, teman bermain, teman sekolah termasuk guru, teman kerja yang kontak erat dan kemungkinan terpapar percikan ludah kasus Difteri. Kasus kontak harus diberikan antibiotika untuk mencegah Difteri dan dilakukan pengamatan selama 7 hari”, jelasnya.

Lanjut dia, Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam + 38º C, munculnya pseudomembran di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan tak mudah lepas serta mudah berdarah, sakit waktu menelan, serta leher membengkak seperti leher sapi (bullneck,) akibat pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Selain itu terjadi pula sesak nafas disertai suara mendengkur (stridor).

“Bakteri penyebab Difteri mengeluarkan toxin (racun) yang mengakibatkan komplikasi berupa miokarditis (peradangan dinding jantung), kelumpuhan susunan syaraf tepi dan pusat, serta gagal ginjal. Kematian dapat terjadi karena sumbatan jalan nafas, akibat lapisan tebal di tenggorokan. Toxin yang dihasilkan bakteri ini dapat menyebabkan kematian karena menimbulkan kerusakan sel syaraf yang mengatur pernafasan atau merusak otot jantung. Untuk pengobatan diberikan antibiotika dan antitoxin ADS (Anti Difteri Serum)”, tegas Lesty.

Untuk itu, masyarakat harus mengerti berbagai macam gejala yang di timbulkan bila terkena Difteri agar masyarakat mampu melakukan langkah pertama pencegahan bila terlihat ada keluarga yang terkena gejala difteri.” kalau ada keluarga yang terkena gejala gejala difteri, segera antar ke puskesmas terdekat dan pinta anti biotik atau diktero serum. Itu di berikan gratis dari Kementerian Kesehatan”, tutupnya. #ard

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here