
Palembang, SumselSatu.com
Dua mobil listrik karya anak negeri, Selasa (27/11/2018), mampir di Palembang dalam rangkaian ujicoba yang dilakukan tim PLN Blits Explore Indonesia.
Mobil unggulan ini dirancang khusus oleh mahasiswa Pusat Unggulan Iptek Sistem Kontrol Otomotif (PUI-SKO) Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya bekerjasama dengan PT PLN dan Universitas Budi Luhur Jakarta.
Di Palembang, tim PLN Blits Explore Indonesia mengunjungi kantor PLN Unit Induk (UI) Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (WS2JB) dan disambut General Manager PLN UI WS2JB, Daryono. Sebelumnya, tim berada di Bengkulu pada 19 November 2018, dan melanjutkan perjalanan ke Sumsel.
“Kunjungan tim PLN Blits Explore mengelilingi Indonesia untuk menguji komponen mesin mobil dengan zero emission. Mobil ini akan mengelilingi Indonesia dengan jarak tempuh 16 ribu kilometer. Spesifikasinya 100 persen bertenaga listrik yang menggunakan motor kapasitas energi 50 KW, dan baterai yang digunakan 100 KWH,” ujar Daryono.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Robert Heri mengatakan, mobil listrik ini akan lebih efisien serta lebih murah.
“Perbandingan antara 1km menggunakan listrik dan menggunakan BBM, tentu lebih murah listrik, dan kedepan kita akan koordinasi dengan Kementerian ESDM untuk segera menyusun regulasi konversi dari BBM ke listrik. Selama ini dari BBM ke gas, sekarang sudah waktunya dari BBM ke listrik,” kata Heri.
Ketua tim PLN Blits Explore Indonesia, Agus mengungkapkan, dua mobil listrik dengan nama blits hybrida series kasuari dan WVO Ford ranger ini hasil kerjasama ITS dan Budi Luhur. Sedangkan untuk pembuatannya, mulai dari perakitan body dan cassis, memakan waktu lebih kurang tujuh bulan, dengan komponen dibuat sendiri.
“Kedepannya, ketika industri kendaraan listrik di Indonesia mulai masuk, kita sudah mempersiapkan produk karya anak bangsa, dengan harapan kita akan mengintegrasikan industri-industri eksisting yang sudah bisa buat body, cassis, dan sparepart,” bebernya.
Menurut Agus, Indonesia bisa membuat mobil tersebut, tapi Indonesia tidak bisa membuat shockbreaker dan kontrol unitnya. Karena itu, Agus merasa bertanggung jawab untuk membuat apa yang tidak bisa dibuat oleh pelaku industri.
“Pengecasan mobil merah ini bisa sampai 3-4 jam dengan jarak tempuh 150 km, dan mobil blits 7 jam dengan jarak tempuh 350 km,” katanya.
kedepan, lanjut Agus, pihaknya akan mengadakan produksi massal. Saat ini dirinya ingin membuat dan menguasai komponen utama terlebih dahulu dengan menggandeng industri untuk membuat mobil nasional.
“Nanti kita gandeng industri untuk bersama-sama membuat mobil nasional, tapi kita masih kendala di komponen karena impor dari Cina,” pungkasnya. #nti