Kisah Guru Ngaji Ibu Rokiah di Pemulutan, Mengabdi 40 Tahun, Dibayar Seikhlasnya

Rokiah, seorang guru mengaji di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir. (FOTO: DOK. DD SUMSEL).

Palembang, SumselSatu.com

Di balik hingar-bingar modernisasi, masih ada sosok-sosok mulia yang berjuang menjaga cahaya Alquran. Bahkan, saat umur mereka sudah uzur sekalipun, mereka teguh menjaga cahaya itu agar tetap menyala dan berpendar dalam memori anak-anak didiknya.

Salah satunya adalah Rokiah, seorang guru mengaji di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI). Di usianya yang menginjak 69 tahun, ia telah mengabdikan hidupnya selama empat dekade, mendidik puluhan generasi tanpa kenal lelah.

Pada tahun 1985, bersama almarhum suaminya, Zakaria, Rokiah memulai aktivitas mengajar mengaji di rumahnya. Seperti kebanyakan guru mengaji di pedesaan, ia tidak pernah mematok biaya. Ia hanya menerima bayaran seikhlasnya dari para orang tua santri.

Saat ini, jumlah santrinya mencapai 95 orang. Dalam kesehariannya, Rokiah dibantu oleh anak dan cucunya untuk mengajar. Dedikasinya yang tulus tanpa pamrih adalah cerminan dari perjuangan ribuan guru mengaji di Indonesia.

Mirisnya, kondisi serupa masih banyak terjadi. Data dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) tahun 2019 menunjukkan bahwa hampir 40% guru TPA/TKA di Indonesia hanya mendapatkan honor Rp100.000, bahkan banyak yang tidak dibayar sama sekali. Di wilayah pelosok, kondisi ini terasa lebih memprihatinkan.

Pekerjaan yang bernilai tinggi ini sering kali kurang dihargai, padahal peran mereka sangat vital dalam membentuk karakter dan moral generasi muda. Kisah Ibu Rokiah menjadi pengingat akan pentingnya mengapresiasi dan mendukung para guru mengaji, yang dengan keikhlasannya, terus menyebarkan kebaikan dan ilmu di tengah keterbatasan. #dds

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here