Palembang, SumselSatu.com
Di luar pekerjaannya yang sibuk, Chairul S Matdiah adalah sosok yang sederhana dan hangat. Ia adalah seorang suami dan ayah yang sangat menyayangi keluarganya. Kehidupan pribadinya dipenuhi dengan momen-momen kebersamaan yang sederhana, namun berarti.
Chairul menganggap keluarganya sebagai sumber kebahagiaan dan motivasi dalam menjalani segala aktivitas. Ia berusaha untuk tidak membiarkan pekerjaan mengambil alih kehidupannya secara keseluruhan, meskipun seringkali tuntutan pekerjaan mengharuskannya bekerja lembur atau di akhir pekan.
Chairul adalah sosok ayah yang seringkali menjadi lighthouse parenting, yang menekankan keseimbangan antara perhatian, kepercayaan, dan kebebasan bagi anak-anaknya. Ia menginspirasi, memberikan dukungan dan menjadi teladan yang tak tergantikan.
Chairul adalah pilar yang kuat di dalam keluarga. Dia bertanggung jawab untuk memberikan dukungan, keadilan, dan kasih sayang kepada pasangan dan anak-anaknya. Ia berperan penting dalam menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan stabil.
Bagi keempat anaknya, Chairul adalah sosok ayah yang memberikan inspirasi, teladan, dan motivasi dalam kehidupannya. Chairul adalah sosok yang dapat memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menghargai peran ayah dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pernikahannya dengan Hj Anisah Mardin, mereka dikaruniai empat orang anak. Yakni, dr Dian Permatasari, Yeni Rosa Damayanti, ST, Muhammad Jaya Sahputra, SE, dan Muhammad Rizky Prawira. Ia juga memiliki tiga cucu laki-laki dari dr Dian Permatasari dan Reza Saidina Umar, SE, bernama Muhammad Sandi Al Fatih dan Muhammad Randi Alfahri, serta Muhammad Abiyan Alhaq dari pasangan Yeni Rosa Damayanti dan Muhammad Ivandri Alhaq, SSos.
Dian Permatasari adalah seorang dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri). Perempuan cantik ini juga membuka usaha klinik kecantikan yang beralamat di Jalan Kapten Arivai. Bersama keluarga suami, Dian merintis usaha Kami Kafe yang kini berganti nama menjadi Hillary Kafe.
Putri kedua adalah Yeni Rosa Damayanti, lulusan Fakultas Teknik Unsri. Ia bekerja sebagai pegawai Humas dan Protokol DPRD Sumsel. Yeni memiliki usaha rumah makan di kawasan Jalan Kapten Arivai Palembang.
Anak ketiga adalah Jaya Sahputra, lulusan Fakultas Ekonomi Unsri. Jaya pernah ikut sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPRD Sumsel Daerah Pemilihan (Dapil) Sumsel 2 meliputi wilayah Kecamatan Ilir Timur (IT) 1, IT 2, IT 3, Sukarami, Kemuning, Alang-alang Lebar (AAL), Sako, Sematang Borang dan Kalidoni.
Sayang, Jaya kalah dari sesama caleg Partai Demokrat yang juga bersatatus petahana (incumbent) Tamtama, SH. Jaya berada di posisi kedua. Gagal duduk di kursi DPRD, Jaya menjalani karier sebagai pengusaha. Terakhir adalah Rizky Prawira, mahasiswa semester VIII Fakultas Hukum Unsri.

The Best Father in The World
Di mata Dian, Chairul adalah sosok pekerja keras, tanggung jawab, sangat baik dan perhatian sama keluarga.
“The Best Father in The World (ayah terbaik di dunia) pokoknya,” ujar Dian.
Sebagai anak tertua, dia mendapat nasihat untuk menjadi contoh yang baik bagi ketiga adiknya. Dian diminta untuk tidak sering marah.
“Saya anak pertama, jadi sering marah, pesan ayah jangan sering marah,” katanya.
Selain itu, ada satu nasihat yang selalu terbesit di benaknya. Ayah, kata Dian, mengajarkan jika makan di tempat bintang lima tidak bikin malu, dan tidak malu makan di tempat kaki lima.
“Artinya, kita itu bisa makan di mana saja, bisa menmpatkan posisi di mana saja. Bisa menempatkan situasi di tempat yang happy (senang) maupun di tempat yang sulit,” katanya.
Dian mengatakan, ayah sudah dua kali melakukan cangkok ginjal, terus ada ring (cincin) di jantung. Selain itu, ayah ada diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), sehingga diharuskan seumur hidup minum obat.
“Jadi sampai akhir hayatnya ayah harus minum obat untuk memantau penyakitnya itu, biar stabil, kalau tidak minum obat penyakitnya bisa tidak stabil, bisa keletihan lagi,” jelasnya.
Di usianya yang senja, ayah memiliki semangat hidup yang kuat, tidak mau diam di rumah, maunya keluar, bertemu orang, kerja dan bersosialisasi dengan masyarakat.
“Alhamdulillah ayah sehat berkat doa kita semua, banyak yang bantu ayah, semangat ayah untuk tetap hidup, ayah bisa sehat lagi. Kalau dulu ayah pernah di fase drop, gagal ginjal bukan penyakit yang mudah, penyakit parah. Tetap sehat bisa dikatakan mukjizat, Alhamdulillah keluarga kami bisa melewatinya,” katanya.
Menurut Dian, ayah setiap hari sedekah, kalau besarnya di hari Jumat, bisa jutaan rupiah ayah keluarkan. Setiap hari ayah harus mengeluarkan uang, ayah lebih suka ngasih nasi buat orang makan daripada uang.
“Ayah gak suka makan di mall, sukanya di pinggir jalan. Kalau ketemu kawan-kawan, ayah sering traktir, kadang orang yang ada di warung itu ditraktir semua, pokoknya kalau urusan makan ayah orangnya royal,” ujar Dian.
Dian berharap ayah selalu sehat, panjang umur dan tetap menjadi ayah yang terbaik.
“Alhamdulillah ayah gak pernah marah, kalau aku salah ayah gak marah, gak kayak ibu-ibu kak, tahulah kan gimana emak- emak kalau marah. Beliau itu diam, tapi kitanya takut. karena diamnya itu aku jadi sayang dan takut berbuat salah lagi,” ujar Dian tak kuasa menahan tangis.
“Semoga ayah bahagia selalu dan ditemukan orang yang baik. Ayah orang yang baik menurut aku. Jaga makan, jangan kebablasan, karena ayah suka kebablasan kalau makan di pinggir jalan, karena kalau ayah makan yang berminyak terasa betul dampaknya. Kemudian, jangan terlalu capek, rezeki sudah ada yang atur, Alhamdulillah rezeki ayah cukup, porsi kerja dikurangi karena ayah kerja bukan untuk rezeki karena rezeki sudah cukup. Ayah itu semangatnya yang luar biasa,” tambahnya dengan suara yang masih parau.

Rela Melakukan Apa Saja Untuk Keluarga
Sementara menurut Yeni, ayah adalah sosok pekerja keras, tangguh dan rela melakukan apa saja untuk keluarga. Ayah, sosok penyayang, anak, menantu dan cucu tidak dibedakan.
“Ayah orangnya penyabar. Dia memberi nasihat kepada saya untuk menjadi pribadi yang baik, di manapun tempat berada harus bisa menjadi orang baik, jangan menganggap rendah orang lain. Semua orang sama di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujar Yeni.
Di usia ke 60 tahun, Yeni berharap ayah diberikan kesehatan, umur yang panjang, sukses dalam pekerjaan, selalu dikelilingi orang baik dan dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Doa Yeni ayah selalu sehat, karena pascadua kali cangkok ginjal dan jantung ayah ketergantungan dengan obat, di jantung juga ada ring, jadi ada obat khusus, tidak bisa lepas dari obat. Alhamdulillah kondisi ayah sehat, dan semoga ayah tetap sehat selalu,” ujar Yeni mendoakan ayahnya.

Kalau Mau Kaya Harus Bekerja
Sementara bagi Jaya, ayah adalah sosok yang sangat menyayangi anak-anaknya. Meski begitu, dia adalah sosok yang tegas mendidik keempat anaknya.
“Ayah sangat peduli dengan kehidupan kami, dia ayah terbaik. Ayah adalah ayah yang sangat diinginkan oleh semua orang,” ujar Jaya.
Sebagai anak tertua laki-laki, Jaya mengaku mendapat wejangan khusus dari ayah.
“Ingat anakku, jangan kau sesali jika belum sukses di umur sekarang, karena ayah baru sukses di umur 30an. Kalau mau kaya harus bekerja. Kalau kerja, nak makan apo bae (makan apa saja) biso (bisa), jangan memikirkan waktu,” ujar Jaya mengulang pesan ayah.
Jaya mengaku kini fokus pada usaha wiraswasta sembari mengikuti jejak ayahnya.
“Wiraswasta dan masih ikut ayah, apa saja yang diperintahkan ayah, Jaya lakukan,” katanya.
Tetap Rendah Hati, Jangan Memandang Rendah Orang Lain
Senada, Rizki mengatakan, ayah adalah sosok yang tegas dan sangat mencintai istrinya. Selain itu, ayah menyayangi ketiga cucunya.
“Anak dan cucu tidak dibedakan sedikitpun oleh ayah,” ujar Rizki.
Rizki mengaku sangat bersyukur dapat lahir di dunia dan mempunyai orangtua yang bertanggung jawab dan memberi kasih sayang yang luar biasa.
“Pesan ayah untuk menjadi orang yang berguna dimanapun saya berpijak, tetap rendah hati dan tidak memandang rendah orang lain,” ujar Rizki mengulang pesan ayah.
Rizki mengatakan, saat ini ia sudah masuk semester VIII dan tidak lama lagi akan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Unsri. Meski akan memiliki gelar sarjana hukum (SH), dia tidak berminat menjadi pengacara seperti ayah. Ia ingin menjadi seorang jaksa.
“Ayah setuju dengan keinginan saya tersebut. Kenapa Rizky lebih berminat menjadi jaksa ketimbang pengacara dikarenakan prinsip due process of law (proses hukum yang adil dan tidak ada keberpihakan/memihak). Selain itu, jaksa juga berada di dalam struktur pemerintahan,” jelasnya.

Seumur Hidup Ketergantungan Obat
Sementara bagi sang istri, Chairul adalah suami yang bijaksana, baik hati, peduli dengan keluarga, istri dan anak-anak.
“Peduli sama keluarga jauh, apalagi keluarga dekat. Bagi saya, tidak ada sifat bapak yang jelek, baik semua,” ujar Anisah.
Anisah mengatakan, Chairul dua kali melakukan cangkok ginjal. Pertama di Mount Elizabeth Hospital Singapura Tahun 2007 dan tahun 2018 di Kamboja.
“Operasi pertama hanya bertahan 11 tahun karena pernah telat minum obat, makanya sekarang dikontrol, harus teratur. Bapak harus minum obat seumur hidup, tidak boleh lepas,” kata Anisah dengan suara parau
Sebelum cangkok ginjal kedua, dia menyangka setelah melakukan cangkok ginjal semua sudah bagus dan sehat, tidak ketergantungan obat. Namun, asumsi itu ternyata salah.
“Setelah cangkok bapak menjadi pimpinan DPRD Sumsel, sudah memiliki sekretaris dan ajudan, sehingga saya tidak terlalu sering menemani bapak. Ternyata, obat malam sering tidak diminum, sementara obat pagi selalu diminum karena sudah saya siapkan dari rumah dan aktivitas bapak banyak dilakukan di pagi hari,” katanya.
“Saat pulang bapak langsung tidur karena kecapean, lupa minum obat karena saya tidak mendampingi. Saya tanya kenapa obat tidak diminum, lupa katanya,” tambahnya.
Akibat tidak rutin minum obat, setelah 11 tahun pasca cangkok ginjal, kondisi Chairul menjadi drop. Chairul lalu kembali dirawat di Mount Elizabeth Hospital Singapura.
“Saat konsultasi, dr Lye Wai Choon (dokter internis dengan sub spesialis ginjal (nefrologi) yang praktik di Mount Elizabeth Hospital) bilang bapak harus cangkok ginjal lagi atau cuci darah, tapi bapak tidak mau cuci darah, jadi harus cangkok ginjal karena fungsi ginjal tidak sampai 20 persen,” terang Anisah.
Chairul akhirnya menjalani operasi cangkok ginjal kedua di Kamboja tahun 2018 setelah mendapat pendonor ginjal berdasarkan informasi di internet.
“Setelah cangkok ginjal kedua kondisi bapak membaik sampai sekarang,” katanya.
Anisah mengatakan, ada dua jenis obat yang rutin dikonsumsi. Yakni,
prograf dan cellcept. Profraf adalah obat dengan kandungan zak aktif tacrolimus / takrolimus 1 mg dalam bentuk kapsul yang mempunyai efek kerja sebagai mencegah penolakan jaringan sesudah transplantasi hati atau ginjal.
Sementara cellcept adalah obat untuk mencegah reaksi penolakan tubuh terhadap organ yang baru saja ditransplantasikan setelah prosedur cangkok ginjal.
“Ginjal yang dicangkok itu perlu vitamin, ibarat tanaman butuh pupuk, dampaknya tidak minum obat ginjal dapat rusak. Terutama obat prograf tidak bisa ditinggal, obat ini seperti vitamin, kalau tidak diminum sangat mengkhawatirkan. Obat ini diminum dua kali, pagi dan malam, kalau tidak diminum takutnya terjadi gagal ginjal,” katanya.
“Minum obat adalah kewajiban, tidak bisa menolak karena setiap cangkok ginjal harus minum obat, kalau tidak percuma, cangkok ginjal tidak bisa jamin kelangsungan ginjal kalau tidak ada obat,” tambahnya.
“Bapak tidak pernah cuci darah, setelah cangkok ginjal kedua ginjal berfubgsi dengan baik karena ginjal diambil dari orang secara langsung bukan ginjal yang dibekukan dalam es atau kulkas. Setelah ginjal diambil langsung ditranspalasikan ke bapak, jadi masih seger ginjalnya. Intinya, obat tidak bisa dianggap remeh, tidak boleh tinggal, sangat mengkhawatirkan,” tegasnya.
Pasca kejadian itu, Anisah memberikan perhatian total, ia sekarang ikut ke mana Chairul pergi, termasuk saat kunjungan kerja ke luar kota hingga luar negeri.
“Ke mana pergi sekarang harus ikut, pernah ke Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Bali, bahkan sampai kunjungan ke luar negeri. Intinya saya ikut untuk mengontrol obat bapak dan kesehatan beliau. Alhamdulillah sekarang bagus dan semoga ke depan tetap seperti ini,” harapnya.
Setelah menjalani operasi kedua tidak ada pantangan khusus, hanya tidak boleh mengonsumsi makanan secara berlebihan karena badan akan overdosis, otomatis ginjal menjadi berat. Pesan dokter setelah cangkok ginjal, makannya normal-normal saja, jangan berlebihan,” katanya.
Pasca operasi kesehatan Chairul harus tetap dikontrol dan dilakukan pengecekan kesehatan ke Singapura.
“Kadang kontrol ke Singapura karena dokternya di sana, kalau tidak ke Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, rumah sakit di sana canggih. Seharusnya 6 bulan sekali harus kontrol ke Singapura,” lanjutnya.
“Kalau obat tadi (prograf dan cellcept) dibeli dari Singapura, resep dari sana, kalau dari Indonesia khawatirnya tidak asli. Jadi pesan obat itu dari agen, jadi agen yang belikan. Harga obat mahal, tapi kesehatan mahal, obatnya juga mahal, yang penting sehat, uang bisa dicari,” kata Anisah.
Anisa kini memberikan kontrol penuh mulai dari obat, istirahat dijaga dan kontrol makanan.
“Makanan dibatasi, jangan karena makan enak lalu makan terus, karena selain ginjal bapak punya penyakit lain seperti diabetes, jantung dan darah tinggi. Kalau ginjal terganggu otomatis berdampak ke penyakit lain. Seperti jantung, bapak sudah dipasang 5 ring, tahun 2003 dipasang 2 ring, tahun 2013 tambah 3 ring, jadi 5 ring, jadi harus dijaga jangan sampai ring bermasalah. Obat jantung diminum, diabetes juga, dara tinggi hipertensi harus dijaga semua,” katanya.
“Jadi kalau capek istirahat, loyo istirahat dulu jangan diporsir, kalau drop takut ginjal menjadi rusak,” Anisah menambahkan.
Meski mengalami komplikasi penyakit, kondisi Chairul masih tetap baik. Dia pun belum memiliki rencana pensiun dari dunia politik.
“Bapak masih menikmati menjadi anggota dewan, kalau kuat masih lanjut. Periode ketiga ini baru berjalan satu tahun, masih ada 4 tahun lagi. Kita lihat nanti, kalau beliau masih kuat dan sehat lanjut lagi. Tergantung beliau, kalau beliau masih menginginkan maka lakukan, kita support penuh,” tutupnya. #fly