Pangkalan Balai, SumselSatu.com
Nasib getir harus dirasakan oleh petani kelapa di Desa Cendana dan Desa Argo Mulio, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin. Bagaimana tidak, sejak awal tahun 2018, sedikitnya 60.000 buah kelapa per minggu gagal ekspor. Hal tersebut diakibatkan, penurunan harga kelapa yang mencapai 30 persen, membuat pendapatan masyarakat juga berkurang hingga 40 persen per bulannya.
Dikatakan Muri, Kepala Desa Cendana, jika penurunan harga kelapa berlangsung sejak awal masuknya tahun 2018, yang harga jual tahun sebelumnya berkisar Rp 2600 saat ini hanya dapat di jual dengan harga Rp 1800 per buahnya.
Oleh sebab itu, 60.000 buah kelapa yang biasanya terjual perminggunya oleh para petani, saat ini petani enggan menjualnya lantaran harga yang menurun tak kunjung naik.
“Dari awal tahun ini, harganya turun hingga 30 persen dari harga tahun sebelumnya Rp 2600, pendapatan petani satu bulan juga berkurang hingga 30 persen,” katanya kepada Sumselsatu.com, Sabtu (13/1/2018).
Masih katanya, dengan tidak dijualnya lagi kelapa dari dua desa ini, para petani  setempat mengandalkan tanaman padi yang ditanam oleh mereka.
“Di Desa Argo Mulyo dan Cendana, dominan 80 persen lahan dan pekerjaan warganya sebagai petani tanaman padi yang jadi andalan saat ini, sedangkan petani Kelapa 20 persen. Kelapa yang dihasilkan dari desa kami ini dijual di pengumpul yang ada di kawasan Sungai Buaya, Kota Palembang dan biasanya diekspor,” sambungnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Banyuasin Emi Sumirta, yang langsung melihat kondisi para petani di dua desa itu mengatakan, memang petani kelapa sangat kesulitan untuk akses transportasi dalam menjual kelapa dan harganya juga turun saat ini ketika menjual.
“Para petani mengeluhkan murahnya harga jual kelapa saat ini. Untuk solusi terbaik sebaiknya di wilayah petani kelapa langsung dapat diolah menjadi minyak sayur,” pungkasnya. #fri