Aliansi Sipil Palembang Tolak Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet

PERNYATAAN SIKAP - Andreas OP, Ketua Aliansi Sipil Palembang, didampingi mantan aktivis 1998, Avir, Kamis (30/8/2018), menunjukkan pernyataan sikap menolak kehadiran Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet ke Palembang untuk tampil sebagai panelis pada sebuah focus group discussion (FGD). (FOTO: SS1/YANTI)

Palembang, SumselSatu.com

Aliansi Sipil Palembang secara tegas menyatakan menolak kedatangan Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet dalam Focus Group Discussion (FGD) 2018 dengan tema ‘Menyongsong Indonesia Bangkit, Selamatkan Indonesia Kembali ke UUD 1945’ pada Sabtu 1 September 2018 di Hotel D Zuri Transmart. Dalam diskusi tersebut Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet bakal tampil sebagai panelis.

Ketua Aliansi Sipil Palembang Andreas OP mengatakan, pada 1 September akan ada FGD yang menghadirkan Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet. Mereka berdua merupakan penggagas #gantipresiden.

“Kondisi Palembang sangat kondusif. Tanggal 1 September 2018 ini, mereka berdua akan hadir dalam diskusi umum. Kami warga sipil mencermati gerakan #gantipresiden itu gerakan politik tidak sehat. Muncul berita hoax, kebencian, dan selebaran yang mengarah ke personal bersifat subyektif. Kami mencoba menyikapi situasi di Palembang aman. Oleh sebab itu, kami tegas menolak Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet,” ujar Andreas saat konferensi pers di Kopi 7 Jalan Veteran, Palembang, Kamis (30/8/2018).

Andreas menilai, dua nama ini membangun opini dengan visi pemerintahan diserang. Padahal, menurut Andreas, selama empat tahun pemerintahan Jokowi sudah melakukan banyak perubahan bagi bangsa Indonesia.

“Kami dengan tegas menolak Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet, karena mereka punya record membuat masyarakat terbelah. Kami sudah melapor ke Polda, jika diskusi itu menyebarkan kebencian, untuk ditindaklanjuti. Mereka berdua punya rencana membuat situasi di Palembang tidak kondusif. Kami akan laporkan ke polisi kalau mereka melakukan gerakan makar. Kami tidak ingin masyarakat terpecah belah. Mereka ini mengarahkan Indonesia dibelah jadi dua, dalam pertarungan pilpres Jokowi dan Prabowo. Bangsa ini ada dua kutub kanan dan kiri. Kita berharap isu ganti presiden segera mencair,” ujar dia.

Hal senada juga diungkapkan aktivis 1998 yakni Avir. Dia mengatakan, oposisi melakukan diskusi itu sah-sah saja. “Kalau terindikasi melakukan hal yang tidak sehat, itu yang kami cegah. Kami standby melakukan gerakan aksi itu. Ini menyangkut nama baik demokrasi. Berdemokrasi silakan,  forum silakan. Tapi kalau mengacu hoax,  fitnah, itu kami tolak,” tukas Avir.

Avir menjelaskan, terkait kegiatan 1 September nanti, Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet, sering menimbulkan polemik hingga memperlebar jarak persaudaraan.

“Di medsos dan visual. Kalimat dan statemen mereka sangat tidak sehat. Banyak kami lacak di medos,  tagar ganti presiden sekarang sangat tren. Mereka berdua yang memboomingkan tagar ganti presiden. Tagar ganti presiden ini gerakan makar. Kami menolak personnya yakni Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet. Silakan saja kalau hanya diskusi. Kami menolak dua orang itu, karena kami pikir mereka mencederai demokrasi,” pungkasnya.  #nti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here