Palembang, SumselSatu.com
Setelah bergabung Partai Demokrat tahun 2007, Chairul S Matdiah, SH, MHKes, sempat mau dilengserkan oleh rekan sesama partai dari jabatan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Peristiwa itu terjadi pada tahun 2010, menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Demokrat Sumsel. Tidak sekadar dilengserkan, Chairul juga ditinggalkan DPC Demokrat karena dituding tidak mendukung Ishak Mekki, melainkan lebih memilih sosok Herman Deru.
Setelah polemik tersebut, Chairul kembali menceritakan polemik dia gagal menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumsel Periode 2015-2020. Chairul menyebut, ada fitnah dan ‘pengkhianatan’ sehingga dia batal menjabat sebagai Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
“Bagi saya hal itu tak pernah dibayangkan sebelumnya. Saya merasa difitnah dan dikhianati. Perbuatan tersebut sesuatu yang menabrak akal sehat, etika dan budi pekerti. Juga bertentangan dengan sifat keperwiraan dan kekesatriaan,” ujar Chairul saat dibincangi, Kamis (31/8/2023).
Chairul mengatakan, setelah Ishak Mekki terpilih sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel Periode 2015-2020 setelah menang secara aklamasi pada Musyawarah Daerah (Musda) III DPD Partai Demokrat Sumsel, di Hotel Santika Palembang, Minggu (6/11/2016), dia diusulkan Ishak Mekki menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
“Saat itu saya menjabat Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel Periode 2010-2015. Setelah saya diusulkan menjadi sekretaris, saya langsung melakukan pendekatan, karena pak Ishak Mekki akan mencari sekretaris dan pengurus lainnya,” ujar Chairul.
Setelah itu, dia dipanggil Ishak Mekki dan disuruh menemui Ketua Badan Pembina Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Jenderal (Purn) TNI Pramono Edhie Wibowo di Jakarta.
Saat menemui Pramono Edhie Wibowo di BPOKK DPP Demokrat, di dalam ruangan itu sudah ada Ir Holda, MSi (Anggota DPRD Sumsel), Muhammad F Ridho, ST, MM (Anggota DPRD Sumsel), Firdaus (Anggota DPRD Sumsel) dan Zainuddin (Anggota DPRD Sumsel periode 2009-2014 dan 2014-2019, dan Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel). Hadir juga Ishak Mekki di dalam ruangan itu.
“Setelah itu aku disuruh duduk dan Pak Pramono Edhie ngomong, Pak Chairul tidak bisa dijadikan sekretaris karena otoriter (tindakan menurut kemauan sendiri yang selalu dipandang benar-red),” ujar Pramono kepada Chairul.
“Saya bilang. Di mana otoriternya? Saya gak pernah otoriter,” jawab Chairul kepada Pramono.
“Kata orang otoriter, jadi tidak bisa. Yang sekarang bisa menjadi sekretaris adalah MF Ridho,” timpal mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu.
Jawaban Pramono yang menunjuk MF Ridho sebagai sekretaris menimbulkan tanda tanya besar di pikirannya. Pasalnya, dia yang diusulkan menjadi sekretaris, dan dia belum mengetahui jika MF Ridho yang ditunjuk menjadi sekretaris.
“Saya menemui Pramono Edhie karena disuruh kumpul dan diajak Pak Ishak Mekki. Yang diproses sebagai sekretaris adalah saya, tiba-tiba dibatalkan. Saya tanya otoriter di mana pak? Pada saat rapat itu saya berdiri menyerahkan kartu Wakil Ketua DPRD Sumsel dan kartu Partai Demokrat dan langsung mengundurkan diri,” tegas Chairul sembari mengulangi sikapnya saat itu, yakni meletakkan kedua tangan di pinggangnya.
“Di situ saya dalam keadaan emosi. Seandainya dimundurkan pada waktu itu juga tidak masalah, karena sebagai pengacara saya masih laku. Dan, banyak orang mau menjadikan aku Anggota DPRD Sumsel,” tambahnya.
Setelah keadaan tenang dan aksinya yang mau mengundurkan diri tidak diterima, Pramono Edhie langsung menanyakan jabatan apa yang diinginkan Chairul S Matdiah.
“Pak Chairul mau jabatan di mana. Saya jawab begini. Jenderal, saya Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel saja. Sebelum Pramono Edhie jawab, Zainuddin bilang okelah Jenderal, kalau Chairul Wakil Ketua I, saya minta Wakil Ketua IV saja. Waktu itu saya diletakkan di Wakil Ketua IV, jadi saya bertukar tempat dengan Zainuddin,” terang pria kelahiran Desa Gajah Mati, Kabupaten OKI, 2 Juli 1964.
Setelah acara tersebut, mereka makan di sebuah rumah makan padang dekat Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta. Di situ saya masih emosi dan sempat berteriak soal pengkhianatan.
“Kami sedang makan bersama Ridho, Holda, Zainuddin dan Firdaus. Lalu kutepak (pukul-red) meja dan makanan minuman yang ada di meja berhamburan semua. Kamu pengkhianat, karena mereka semua sangat baik dengan aku, tapi kalian semua ini pengkhianat,” ucap Chairul kepada rekan sesama partai.
“Karena mereka inilah yang mengompori (memanas-manasi atau menghasut-red,” sambungnya.
“Setelah tepak meja, datang Pak Ishak Mekki, dan keributan tersebut selesai,” lanjut Chairul.
Kenapa disebut otoriter? siapa yang mencetuskan sebutan otoriter?
“Sudah tahu, mereka itulah, tidak
perlu disebutkan. Hari itulah sudah diputuskan MF Ridho jadi sekretaris, waktu aku ribut di rumah makan. Yang mutuskan Pak Ishak Mekki. Padahal yang dicalonkan cuma satu, yaitu saya, namun di akhir muncul nama MF Ridho,” cetusnya.
Setelah keributan itu, dia memutuskan pulang ke Palembang. Tiga hari kemudian, dia dipanggil Pramono Edhie, lalu dia kembali berangkat ke Jakarta untuk menemui Pramono Edhie.
“Waktu itu dia ngomong. Saya sangat bangga dengan Pak Chairul. Pak Chairul dikhianati, sebetulnya saya tidak kenal dengan Pak Chairul. Jadi begini saja, jika Pak Ishak Mekki ingin menjadikan Pak Chairul, ngadeplah (menghadap-red) Pak Ishak Mekki mumpung surat keputusan (SK) sekretaris belum diteken SBY (Susilo Bambang Yudhono, Ketua Umum DPP Partai Demokrat),” ujar Chairul mengulang kembali perkataan yang diucapkan Pramono Edhie.
Setelah mendengar penjelasan Pramono Edhie, dia langsung pulang ke Palembang, untuk menemui Ishak Mekki dan menyampaikan bahwa Pramono Edhie telah merestuinya menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
Setelah mendengarkan perkatan Chairul, Ishak Mekki menyetujui jika dirinya menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
“Sudah jadilah kau bae (kamu saja-red) sekretaris,” ujar Ishak Mekki kepada Chairul.
“Tapi saya berpikir, yang ditunjuk adalah MF Ridho, kenapa saya harus ambisius (keinginan keras untuk mencapai sesuatu-red). Begitu juga saat menghadap Hinca Ikara Putra Panjaitan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, juga mengizinkan saya menjadi sekretaris. Tapi aku berpikir tidak usahlah, karena awalnya Pak Ishak Mekki minta MF Ridho, tapi Pak Ishak Mekki merestui kalau itu (keputusan penunjukan sekretaris) diubah lagi, dan aku pikir kondisi ini sudah tidak bagus lagi,” terang Wakil Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Sumsel Periode 2003-2008.
“Pak Ishak Mekki Masih Sayang Dengan Aku”
Meski kecewa gagal menjabat sebagi sekretaris, Chairul mencoba mengambil sisi positif dari peristiwa itu. Dia berpikir jika Ishak Mekki masih sayang kepada dirinya.
“Tetapi dengan peristiwa ini aku berpikir Pak Ishak Mekki masih sayang samo (sama atau dengan-red) aku. Ngapo (kenapa-red) sayang, ngapo Pak Ishak Mekki tidak menjadikan aku sekretaris karena aku sakit dan mempertimbangkan kondisi fisik, sedangkan sekretaris banyak pekerjaan dan harus aktif. Menurut pandangan aku, Pak Ishak Mekki sayang dengan kondisi badan aku, dan sebagai bukti tahun 2018 aku sakit ginjal, padahal waktu itu tidak ada kegiatan di partai,” ujar Chairul.
Hanya saja yang sangat disesalkannya, kepengurusan DPD Partai Demokrat Sumsel tidak pernah melibatkannya dalam kegiatan partai, kecuali saat Ishak Mekki memimpin rapat.
“Rapat dan undangan apapun aku tidak diajak lagi, seharusnya kegiatan kalau Pak Ishak Mekki tidak hadir harusnya Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel yang mewakili, tapi aku tidak pernah dilibatkan lagi. Tapi kalau Pak Ishak Mekki yang memimpin rapat aku pasti ditelfon Pak Ishak Mekki dan selalu diundang untuk hadir rapat di DPD Partai Demokrat Sumsel,” katanya.
Konsisten Jaga Idealisme
Chairul mengatakan, sudah kenal lama dengan Ishak Mekki semenjak masih menjadi wartawan, karena saat itu salah satu wartawan yang memiliki idealisme atau sikap.memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata adalah dirinya.
Ishak Mekki mengawali karier sebagai Kasubsi Tehnik Penyehatan dan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kabupaten OKI Tahun 1991-1994. Dua tahun berselang Ishak Mekki kemudian menjabat sebagai Kasi Bina Marga Dinas PU Kabupaten OKI Tahun 1994-1996.
Dua tahun menjabat Kasi, karier Ishak Mekki makin moncer, terbukti tahun 1996-2002 ia langsung menjabat sebagai Kepala Dinas PU Kabupten OKI selama empat tahun. Setelah itu, pada tahun 2002-2004 Ishak Mekki menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PUBM) Sumsel selama dua tahun.
“Saat itu satu satunya wartawan yang tidak minta uang ke Ishak Mekki adalah saya, Chairul S Matdiah. Wartawan saat itu minta galo (semua-red). Aku tidak mau karena aku berpikir Pak Ishak Mekki pasti menjadi orang hebat dan terbukti dia menjadi Wakil Gubernur Sumsel,” kata suami dari Hj Anisah Ardin, SH, itu.
Sikap tidak minta uang itu dilanjutkan Chairul saat Ishak Mekki menjabat Bupati OKI periode pertama 2004-2009. Dia baru bertemu Ishak Mekki saat menjabat Bupati OKI periode kedua 2009-2013.
“Waktu jadi Bupati OKI periode pertama aku tidak pernah mendatangi Ishak Mekki, minta uang apalagi. Waktu periode kedua setelah Ishak Mekki tiga tahun menjabat Bupati OKI, kami baru bertemu karena saat itu saya menjabat Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten OKI. Jadi jelas ketemu dengan beliau,” ucap lulusan S2 Magister Hukum Kesehatan di Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang.
Karena itu, Chairul beranggapan jika Ishak Mekki sayang kepadanya dan tidak mau dia terlalu capek saat menjalankan aktivitas. Terbukti saat mencalonkan diri sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi (DPRD) Sumsel 2014-2019 dia dipercaya memegang nomor urut 1.
“Setelah saya tidak menjadi sekretaris tetap nomor urut 1, jadi tidak ada masalah. Dan sekarang saat zaman Cik Ujang (Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel) saya menjabat Wakil Ketua VI DPD Partai Demokrat Sumsel. Jadi tidak ada masalah sekarang, masalah politik kita tidak tahu isi kepala orang,” cetus Chairul.
“Prinsipnya Pak Ishak Mekki baik, bukan baik saja, tapi sangat baik. Ketika dua anak saya menikah beliau bantu, orangtua dan adik saya meninggal beliau bantu, dan saat saya menjalani operasi pencangkokan ginjal beliau besuk ke Singapura. Beliau (Ishak Mekki), baik. Kalau saya jadi sekretaris dia takut saya sakit. Buktinya tahun 2018 saya sakit ginjal,” tuturnya.
“Memang banyak gonjang ganjing di luar yang membenturkan saya dengan MF Ridho. Ngomong dengan saya menjelekkan MF Ridho, begitu juga sebaliknya, ngomong dengan MF Ridho menjelekkan saya. Padahal kami baik. Aku ikhlas dia jadi sekretaris. Kalau awal dulu saya masih emosi, jadi wajar saja,” tutup Chairul mengakhiri perbincangan.
Jabatan Chairul S Matdiah di Partai Demokrat Sumsel:
2000-2005 (Wakil Ketua Bagian Hukum DPD Partai Demokrat Sumsel).
2005-2010 (Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten OKI).
2010-2015 (Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel).
2015-2020 (Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Sumsel).
2021-206 (Wakil Ketua VI DPD Partai Demokrat Sumsel).