Harga Cabai Rawit Anjlok, Petani Beralih Ke Tanaman Terong

Seorang petani tengah memilah cabai.

Muarabeliti, SumselSatu.com – Petani Cabai di Desa Bingin Jungut Kecamatan Muara Kelingi ‎Kabupaten Musi Rawas (Mura) beralih ke tanaman pertanian terong. Karena, harga cabai rawit anjlok di pasaran.

Dadang (19) warga Desa Bingin Jungut Kecamatan Muara Kelingi mengatakan, anjloknya harga cabai dikarenakan tanaman cabai rentan dengan berbagai penyakit. Jika satu tanaman terkena penyakit harus segera di buang atau di amputasi, karena menjadi media bagi tanaman lainnya. Penyakit yang sering menyerang dan merusak buah yakni ulat, dan jaring putih yang menyerang buah cabai dari tawon.‎

“Nah, pak yang paling utama untuk petani cabai ini. Susahnya melempar hasil cabai. Karena banyaknya para tengkulak dan permainan harga yang merugikan petani cabai,” tegas Dadang, Jumat (4/8/2017).

Menurutnya, ketika petani menanam cabai dan panen sering ada permainan harga. Bahkan, enggannya para pembeli datang langsung karena kondisi jarak. Sehingga, mereka dengan mudah mempermainkan harga. Padahal, ongkos produksi cabai sangat besar dan ketika tidak dijual maka cabai cepat busuk.

“Harga cabai rawit di pasaran sekarang sebesar Rp28.000,- per kilogram (kg). ‎Di tingkat petani Rp15.000,- sampai Rp20.000,-. Harga tersebut tidak sebanding dengan ongkos tanam cabai di petani,” jelas dia.

Dia mengaku, tiga bulan yang lalu harga cabai rawit tembus Rp40.000,- per kg. Bahkan, tembus Rp60.000,- per kg. Sehingga, harga yang tidak sebanding ini menyebabkan para petani cabai beralih ke tanaman holtikultura jenis terong kenari hijau, terong ungu dan terong besar hijau. Karena, harga yang lumayan sebesar Rp5.000,- per kg. ‎

“Harga lumayan, tempat melempar hasil panen banyak. Penanaman dan perawatannya tidak merepotkan. Kalaupun terkena penyakit tidak merusak tanaman lainnya,” ujar Dadang.

Hal senada dikatakan, Sunaryo,50, warga yang sama. Menurutnya, para petani hanya mengharapkan adanya pengupul hasil pertanian yang disiapkan pemerintah daerah. Bukan seperti sekarang petani menanam cabai dan tanaman holtikultura lainnya hanya dari pesanan dari kota Palembang.

“Kita tanam pesanan dari mereka. Ketika panen harga anjlok mereka menentukan harga sendiri. Mau tidak mau petani harus menjual murah. Apalagi, tidak ada yang ambil hasil panen,” kata Sunaryo.

Dia mengaku, jika ada pengupul yang disiapkan Pemerintah Daerah. Artinya, para petani tidak perlu ragu mencari pembeli hasil panen. Beda seperti kondisi sekarang mencari pengupul dan pembeli dulu baru menanam. “Yang penting petani minta Pemkab Mura menyediakan pengupul hasil pertanian. Jangan sampai petani yang mencari dan menanggung kerugian sendiri,” pungkasnya. (zul)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here