Yogyakarta, Sumselsatu.com – Kondisi disabilitas, tak harus menurunkan semangat untuk terus berkarya. Ia pernah merasakan pahitnya ditolak bekerja, meski telah menyandang gelar sarjana bidang Pendidikan Luar Biasa. Dialah Ki Agustinus, dalang tunanetra yang berkesempatan mentas di hadapan mantan Presiden AS Barrack Obama, pada Kamis (29/6/2017) lalu.
Pertunjukan wayang digelar secara tertutup di executive lounge Hotel Tentrem Yogyakarta. Dan pada kesempatan itu, ia membawakan narasi Aji Narantaka sepanjang 1 jam. Pertunjukan wayang kulit itu menjadi eksklusif, karena cuma dipentaskan untuk menghibur Obama serta keluarganya yang berjumlah 8 orang saja.
Undangan datang dari Obama diperoleh Sardjono pada sehari sebelum dia pentas. Persiapan dilakukannya secara serba mendadak. Meski begitu, dia menyajikan pagelaran wayang kulit yang berhasil membuat Obama bertepuk tangan.
“Sejak tahun 1979 (pada usianya 28 tahun-red), sedikit demi sedikit hilang (penglihatan), dokter memvonis sudah tidak bisa disembuhkan,” ujar Sardjono memulai cerita.
Pria yang memiliki tutur kata halus ini tak patah arang dengan vonis dokter. Dia kemudian mengenyam pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) atau saat ini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
Lulus dari dari sana, ternyata tak membuat Sardjono mendapatkan kesempatan kerja yang sama dengan orang kebanyakan. Saat ada lowongan pekerjaan sebagai dosen di kampus tempatnya berkuliah, dia tak diperbolehkan mendaftar karena kondisi fisiknya.
“Saat itu tahun 1987, ramai diberitakan media,” kenangnya.
“Saya daftar saja sudah tidak boleh. Tapi dari situ saya berpikir saya bisa mengabdi di mana saja. Saya bersyukur bisa merasakan ditolak tanpa alasan. Saya lalu mengambil keputusan untuk menjadikan hobi saya di kesenian untuk mencari nafkah,” urainya.
Dia mulai melukis, membuat topeng, alat peraga pendidikan luar biasa, membuat wayang, dan mendalang. Dunia kesenian Jawa bagi Sardjono sudah mendarah daging. Ayahnya dulu seorang pemain gamelan, masa kecilnya habis untuk menari, karawitan dan menggambar wayang.
Tak ingin setengah-setengah, Sardjono memutuskan untuk bersekolah di Habirandha, sekolah dalang di Keraton Yogyakarta tahun 2014 hingga akhir 2016. Meski tunanetra, Sardjono mendalang dengan pakem yang sama.
“Tidak ada maklum, wong saya tunanetra, itu tidak ada. Harus sesuai standarnya,” tegas Sardjono.
Dari situ dia semakin serius menggeluti profesinya sebagai dalang.

Saat memperoleh undangan dari Obama, Sardjono mengaku kaget. Ditambah lagi dia hanya diberi waktu sehari untuk mempersiapkan pagelarannya.
“Obama atau tukang becak sebetulnya sama saja. Saya hargai kalau dia senang wayang betul. Plusnya apalagi ini orang Amerika kok berminat, saya bersyukur, Atase saya kok caos panglipur (Hanya seorang saya bisa menyajikan hiburan) di depan tokoh dunia. Kalau bukan campur tangan Tuhan, ini aneh sekali,” tuturnya. (min/dtc)