Palembang, SumselSatu.com
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru berharap mega proyek light rail transit (LRT) di Palembang saat ini jangan sekadar menjadi transportasi wisata.
Pernyataan itu ditegaskan Gubernur saat menghadiri focus Group Disscussion (FGD) Transit Oriented Development (TOD) untuk LRT Palembang, yang digelar Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumsel, di Hotel Swarna Dwipa, Sabtu (3/11/2018).
Herman Deru mengatakan, sebagai kepala daerah dirinya dan masyarakat Sumsel sangat berterima kasih karena pemerintah pusat sudah memberikan sarana transportasi dengan nilai lebih dari Rp 10 triliun ini.
“Kita harus hargai itu, dan tentu ini menjadi tanggungjawab kita karena sudah dititipi operasional LRT,” ujar Deru.
Herman Deru menjelaskan, sejak dioperasionalkan pasca Asian Games lalu, transportasi massal LRT masih dimanfaatkan warga sebatas untuk transportasi wisata. Hal itu bisa dilihat karena penumpang LRT cenderung hanya ramai pada akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu.
“Sekarang LRT ini menjadi aset provinsi, jadi saya harus terlibat memasyarakatkannya supaya LRT jadi moda transportasi yang digemari,” ucapnya.
Herman Deru menambahkan, agar masyarakat gemar menggunakan LRT untuk menunjang aktivitas sehari-hari, pihaknya siap membantu PT KAI sebagai operator untuk melakukan sosialisasi ke semua kalangan. Tak terkecuali masyarakat di tingkat RT, kelurahan, bahkan bila perlu sampai ke desa.
“Transportasi ini mahal dan bagus, kita akan bantu Kemenhub dan PT KAI mengedukasi masyarakat agar gemar menggunakan LRT,” katanya.
Selain sosialisasi, menurut Herman Deru, yang tak kalah penting yang perlu disiapkan agar transportasi ini menjadi pilihan masyarakat adalah dengan menyediakan kantong-kantong parkir di setiap stasiun.
“Saya lihat sejauh ini kantong parkirnya belum ada. Bagaimana masyarakat mau naik LRT. Jadi penumpang harus didrop dulu baru bisa naik LRT, makanya orang belum banyak naik ini pada hari biasa,” paparnya.
Bukan hanya kantong parkir, sambung Herman Deru, solusi lain agar masyarakat mau menggunakan moda transportasi massal adalah dengan menyediakan bus-bus pengumpan dan penjemput di stasiun. Selain itu perlu juga disegerakan penyelesaian stasiun-stasiun yang pembangunannya belum tuntas.
“Perlu ada sinkronisasi dulu, perencanaan dan operator seperti Damri atau Transmusi. Kalau untuk kenyamanan saya pikir tidak ada koreksi, begitu juga soal trouble itu hal biasa. Cuma itu tadi saya lihat di stasiun ini tidak ada antrean seperti di negara lain yang sudah gemar transportasi semacam ini,” paparnya.
Herman Deru juga menegaskan, pihaknya juga tidak akan berdiam diri dengan kondisi ini. Melalui FGD ini, Gubernur berharap akan lahir rekomendasi-rekomendasi yang tepat kepadanya untuk menindaklanjuti kelangsungan LRT. Sehingga tercipta transportasi yang lancar di Palembang.
“Kita bantu proses penyelesaian stasiun disegerakan, hambatan-hambatannya juga. Kita akan siapkan segala pikiran dan tenaga agar yang sudah dibangun ini tidak sia-sia,” tukas Gubernur.
Sementara Ketua MTI Sumsel Prof Erika Buchari mengatakan, FGD ini digelar dilatari tingginya biaya operasional LRT, sedangkan subsidi yang diberikan pemerintah terbatas. FGD inilah yang akan membahas hasil penelitian tentang TOD di beberapa titik stasiun yang ada.
“Sudah saatnya pemerintah memikirkan kemandirian pengoperasionalan LRT ke depan. FGD ini bertujuan mendapatkan titik temu berbagai kepentingan antar stakeholder, pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam upaya menjaga keberlangsungan LRT,” ujar Erika. #nti