Palembang, SumselSatu.com
Berbakti kepada orangtua adalah suatu kemuliaan dalam hidup. Seperti kisah Chairul S Matdiah yang berhasil mewujudkan mimpinya membangun masjid untuk kedua orang tuanya yang telah pergi menghadap illahi.
Masjid ini diberi nama Ar Rodiah Matdiah. Terletak di SMA Negeri 5 Prabumulih, masjid bernuansa putih ini terlihat megah, meski belum rampung 100 persen. Masjid ini dibangun Chairul S Matdiah menggunakan dana pribadi sebagai bentuk cintanya kepada sang bapak H Matdiah Faat dan umak Hj Rodiah Matdian.
“Nama masjidnya Ar Rodiah Matdiah. Nama Rodiah berasal dari nama umak, sementara Matdiah dari nama bapak,” ujar Chairul.

Membangun masjid tentu membutuhkan biaya besar. Namun hal ini sebanding dengan pahala yang dijanjikan Allah Subhana Wa Taa’lla. Beramal dengan membangun masjid memiliki banyak keutamaan. Masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah umat muslim. Dengan adanya masjid, umat Islam bisa berkumpul untuk melaksanakan salat berjemaah.
Masjid juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial dalam ajaran Islam. Masjid menjadi tempat untuk menyebarkan syiar agama Islam. Semakin besar dan megah masjid maka semakin banyak jemaah yang bisa beribadah.
Chairul mengatakan, niat membangun masjid ini berawal dari kunjungan kerja Komisi I DPRD Sumsel ke SMA Negeri 5 Prabumulih, tahun 2022. Dalam pertemuan itu, ada permintaan dari Kepala SMA Negeri 5 Prabumulih Madiono, ST, MKom, untuk membongkar musala yang tidak terpakai menjadi masjid.
“Ada permintaan pak Madiono agar musala lama yang sudah buruk (jelek) dibongkar dan dijadikan masjid karena di sana tidak ada masjid,” katanya.
Saat permintaan itu dilontarkan, Chairul secara spontanitas (terjadi secara alami) menyanggupi permintaan tersebut.
“Niat aku terbersit di sana dan teringat umak saat pak Madiono cerita musala buruk mau diganti masjid saya secara spontanitas langsung bertanya berapa anggaran yang dibutuhkan dan dijawab ratusan juta, langsung saya jawab oke, meski kenyataannya untuk rehap sampai selesai tidak ratusan juta (dana yang dibutuhkan lebih besar),” terangnya.
Setelah menyanggupi permintaan membangun masjid, Chairul meminta agar masjid itu diberi nama kedua orang tuanya.
“Pada waktu itu saya ngomong galak (mau) membangun masjid asal namanya orang tua aku, Ar Rodiah Matdiah,” katanya.
Permintaan agar masjid itu diberi nama Ar Rodiah Matdiah, belum direstui warga karena harus dibicarakan secara musyawarah.
“Warga lalu berkumpul dan pak Madiono bilang ada orang mau membangun masjid asal diberi nama kedua orang tuanya. Setelah bermusyawarah, warga akhirnya menyetujui permintaan itu,” sambungnya.
Setelah sepakat, warga lalu menghitung kebutuhan anggaran pembangunan masjid, lalu keluar angka ratusan juta rupiah.
“Dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) keluar angka ratusan juta rupiah, namun angka yang diajukan salah, nominalnya kekecilan. Tapi, saya bersedia membangun masjid itu sampai selesai, asal namanya Ar Rodiah Matdiah. Jadi, idak (tidak) lagi ngitung duitnyo (anggaran pembangunan masjid),” katanya.
Pembangunan Masjid Ar Rodiah Matdiah sudah mencapi 80 persen dan sudah dipakai untuk salat berjemaah, termasuk Salat Jumat.
“Tempat wudhu dan water closet (WC) sudah selesai, lantai sudah dikeramik, yang belum plafon. Kipas angin rencana diganti air conditioner (AC). Paling tidak mudah dana sekitar Rp200 juta untuk menyelesaikan pembangunan Masjid Ar Rodiah Matdiah,” kata Chairul.
Chairul mengatakan, sudah banyak mewakafkan hartanya untuk renovasi masjid, termasuk membangun menara masjid.
“Namun untuk membangun masjid dengan nama orangtua baru di Masjid Ar Rodiah Matdiah, makanya harus diselesaikan, soal uang ada saja rezekinya. Saya tidak mau menyebutkan jumlah uang yang saya habiskan untuk membangun masjid ini, kagek (nanti) ada yang iri dengki, yang penting pembangunan masjid selesai,” katanya.
“Saya sering mengunjungi Masjid Ar Rodiah Matdiah, Alhamdulillah jemaahnya penuh, saya juga sering minta kiriman Al Fatihah untuk kedua orangtua saya yang sudah meninggal dunia,” Chairul menambahkan.
Chairul mengatakan, pahala membangun masjid terus mengalir meski orang yang telah berwakaf telah tiada. Memberikan wakaf atas nama orangtua merupakan salahsatu kado terindah atas bakti terhadap mereka. Membangun masjid manfaatnya sangat besar bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk orang banyak.
Masjid adalah pusat kegiatan spiritual, sosial, dan pendidikan bagi umat Islam. Selain tempat ibadah, masjid berperan penting dalam membangun kebersamaan, meningkatkan kesadaran sosial, serta menguatkan nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.
Masjid merupakan tempat di mana terpancarnya syiar Islam dan iman, tempat dimana berkumpulnya kaum muslimin yang sedang melakukan salat berjemaah. Tempat yang suci dan mengagungkan nama Allah Subhana Wa Taa’lla dalam sujud dan ruku’. Masjid juga merupakan madrasah bagi kaum muslimin dengan berisikan sebuah majelis-majelis yang mempelajari ilmunya lebih dalam kepada masyarakat.
“Pahala yang diperoleh dari amal jariyah termasuk jariyah untuk pembangunan masjid akan senantiasa mengalir saat kita sudah meninggal. Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh,” kata Chairul. #fly