
Palembang, SumselSatu.com
Diiringi cuaca hujan gerimis, Pj Walikota Palembang Ratu Dewa berjalan kaki meninjau dan membagikan bantuan beras kepada warga yang terdampak banjir di Lorong Prajurit Nangyu, Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Selasa (30/1/2024).
Dewa sengaja turun langsung ke lokasi banjir agar bisa merasakan sedang kesulitan warga sekaligus ikut memberikan bantuan.
“Karena saya ingin merasakan bagaimana kalau ini di kondisi kita, suasana kebatinan psikologi kita tempatkan pada diri kita,” ujar Dewa.
Pantauan di lokasi, ketinggian genangan air mencapai lutut orang dewasa, satu per satu rumah warga yang terdampak didatangi Ratu Dewa sambil menyerahkan bantuan. Dalam kesempatan ini, Dewa juga berbincang sembari mendengarkan keluhan dari warga.
Dewa mengatakan, sebanyak 30 kelurahan terdampak banjir yang tersebar di 13 kecamatan. Meski demikian, ketinggian air sedikit lebih surut dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Namun Dewa tetap meminta masyarakat untuk waspasa.
“Berdasarkan data dari BMKG air pasang naik sejak 3 hari yang lalu, ditambah lagi dengan air hujan serta kiriman dari Sungai Lematang, Ogan ke Palembang dan ini yang perlu diantisipasi,” katanya.
Dewa sudah menginstruksikan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun para Camat supaya segera turun ke lapangan membantu warga. Terlebih lagi memang ada warga yang sudah tidak bisa tidur lagi di rumahnya masing-masing.
“Ketika saya kunjungan di Kecamatan Kertapati, di beberapa kelurahan di sana saya langsung perintahkan Dinas Sosial untuk membuat dapur umum sehingga kita yang pro aktif jangan sampai masyarakat mengeluh dan saya turut membagikan sembako ataupun beras pada warga,” katanya.
Berdasarkan laporan yang diterima, sekitar 800 warga terdampak di Lorong Prajurit Nangyu, Kelurahan 3-4 Ulu. Namun memang ada sebagian yang sudah surut. Terkait adanya prediksi banjir di kemudian hari, dia telah memerintahkan Dinas Sosial (Dinsos) untuk pro aktif membuat dapur umum.
“Termasuk Dinas Kesehatan sudah saya minta untuk membuat posko datangi warga, setelah mendapat laporan dari para lurah dan camat para petugas puskesmas kita harus datang, apalagi kalau ada lansia yang sakit saya minta langsung dibawa ke rumah sakit,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Irigasi dan Banjir pada Dinas PUPR Kota Palembang Ir R A Marlina Sylvia, ST, MSi, MSc, mengatakan, wilayah tersebut berada di hilir Subdas Kedukan sehingga posisinya sangat dekat dengan Sungai Musi.
“Dengan kondisi tersebut pasti terpengaruh pasang surut. Pasang surut adalah fenomena alam yang tidak dapat dikendalikan manusia, naiknya permukaan air laut akibat gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari. Tentu saja berpengaruh terhadap kawasan yang berada di bantaran sungai khususnya yang topografinya rendah di bawah muka air pasang,” katanya.
Lanjutnya, Ada tiga pendekatan pengendalian banjir di wilayah seperti ini. Pertama adalah adaptasi dengan alam. Semua infrastruktur di lokasi ini harus dibangun di atas muka air banjir.
“Kami sarankan dengan rumah panggung yang merupakan kearifan lokal leluhur kita bukan dengan penimbunan. Aksesnya bisa dengan transport perahu atau jembatan layang yang elevasi lantainya harus di atas muka air pasang tertinggi,” katanya.
Pendekatan kedua adalah dengan adjustmen. Yaitu pemanfaatan teknologi pengendali banjir yaitu sistem polder.
“Pendekatan ini belum kami sarankan karena setelah dilakukan kajian beberapa waktu lalu, lokasi ini belum memenuhi persyaratan cost and benefit balance
infrastruktur yang harus dibangun tentu saja sangat mahal ratusan miliar, secara perhitungan ekonomi tidak sepadan dengan infrastruktur yang akan diselamatkan,” kata wanita yang pernah mengenyam pendidikan S2 di Belanda ini.
Pendekatan ketiga adalah dengan relokasi ke lokasi lain yang bukan bantaran sungai. Hal ini memungkinkan, akan tetapi perlu kajian yang komprehensif, persiapan yang matang dan kerja sama antarstakeholder. #fly