Palembang, SumselSatu.com
H Chairul S Matdiah, SH, MHKes, melanjutkan cerita polemik kegagalannya menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumsel Periode 2015-2020. Cerita ini ditulis dalam rangkaian pembuatan buku Biografi Politik 60 Tahun Chairul S Matdiah.
Chairul mengatakan, setelah Ishak Mekki terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel Periode 2015-2020 pada Musyawarah Daerah (Musda) III DPD Partai Demokrat Sumsel, di Hotel Santika Palembang, Minggu (6/11/2016) lalu, dia lalu diusulkan Ishak Mekki menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
Namun, dia gagal menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel karena ada surat penolakan dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Sumsel. Kabar penolakan itu baru diketahui setelah disampaikan oleh Zainuddin yang juga akan dicalonkan menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel.
“Pada hari Rabu, 6 September 2023 pukul 10.00 WIB, saya telefon Kepala BPOKK DPD Demokrat Sumsel Firdaus Hasbullah, SH, menanyakan informasi yang disampaikan oleh Zainuddin, dan diaminkan (dibenarkan) oleh Firdaus,” ujar Chairul.
Chairul mengatakan, Ishak Mekki sudah mencalonkan dirinya sebagai Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel. Namun, ada informasi mengejutkan saat dia dipanggil Ketua Badan Pembina Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Jenderal (Purn) TNI Pramono Edhie Wibowo di Jakarta.
“Saat dipanggil Pak Pramono Edhie, dia bilang saya otoriter, sehingga saya ditolak menjadi sekretaris. Waktu itu saya emosi dan berniat akan mengundurkan diri dari jabatan Wakil Ketua DPRD Sumsel dan keluar dari Partai Demokrat. Namun niat itu dibatalkan setelah saya mengetahui saya ditolak DPC se-Sumsel. DPC buat surat penolakan untuk Chairul S Matdiah,” katanya.
Apa isi surat itu?
“Menurut keterangan Firdaus Hasbullah, isi surat itu meminta Chairul tidak dijadikan Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel karena Chairul S Matdiah otoriter. Surat tersebut dibuat beberapa Ketua DPC Partai Demokrat se-Sumatera Selatan,” ujar Chairul.
Setelah dia ditolak menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel, Ishak Mekki mengajukan seorang doktor berpengalaman dari Jambi untuk menjadi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel, namun juga ditolak Pramono Edhie.
“Lalu Pramono bertanya siapa panitia pemilihan Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel, dijawab oleh peserta rapat yang hadir adalah Muhammad F Ridho,” sambung suami dari Anisah Ardin, SH, itu.
Otomatis setelah dua nama ditolak, perburuan kursi Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel menjadi rebutan. Ada tiga nama yang bersaing, yakni Muhammad F Ridho, ST, MT, Ir Holda, MSi, dan Zainuddin. Ketiganya adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan (DPRD Sumsel).
“Ridho saya dengar meminta bantuan Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat (Jabar) Irfan Suryanagara yang sekarang ditahan karena kasus penipuan SPBU. Akhirnya Ridho terpilih sebagai Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel,” ucap Chairul yang memulai karir sebagai seorang wartawan
Setelah pulang ke Palembang, tiga hari kemudian dia dipanggil Pramono Edhie, lalu dia kembali berangkat ke Jakarta untuk menemui Pramono Edhie.
“Waktu itu Pak Pramono ngomong. Saya sangat bangga dengan Pak Chairul. Wajar emosi karena Pak Chairul dikhianati oleh sahabat-sahabatnya,” ujar Chairul sembari mengatakan Pramono mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum.
“Sebetulnya saya tidak kenal dengan Pak Chairul. Jadi begini saja, jika Pak Ishak Mekki ingin menjadikan Pak Chairul sekretaris, ngadeplah (menghadap-red) Pak Ishak Mekki, karena yang mau pakai Pak Ishak Mekki, nanti saya jadikan sekretaris, mumpung surat keputusan (SK) sekretaris belum diteken SBY (Susilo Bambang Yudhono, Ketua Umum DPP Partai Demokrat),” tambah Chairul mengulang kembali perkataan yang diucapkan Pramono Edhie.
“Setelah saya menghadap Pak Ishak Mekki, beliau merestui saya menjadi sekretaris. Namun setelah itu saya berpikir ulang mungkin ada hikmahnya saya tidak terpilih, sehingga saya tidak lagi terlalu berambisi mengejar jabatan sekretaris,” katanya lagi.
Chairul juga membenarkan soal tensi panas di sebuah rumah makan padang dekat Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta. Keributan itu mencuat setelah dia menemui Pramono Edhie Wibowo di BPOKK DPP Demokrat.
Pertemuan itu dihadiri Holda (Anggota DPRD Sumsel), Muhammad F Ridho, (Anggota DPRD Sumsel), Firdaus Hasbullah, dan Zainuddin (Anggota DPRD Sumsel Periode 2009-2014 dan 2014-2019). Hadir juga Ishak Mekki di dalam pertemuan tersebut.
“Selesai pertemuan itu kami makan bersama, lalu saya tepak (pukul) meja itu sehingga semua makanan dan minuman berhamburan. Waktu itu saya emosi karena saya menganggap surat yang dibuat DPC itu muncul karena HRS ingin menjadikan istrinya Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumsel,” katanya.
“Saya juga dapat informasi dari Zainudin bahwa ada pertemuan dengan DPC di Hotel Arista Palembang yang dikomandani oleh Ibnu Dewantara atau Mang Benu. Jadi segala upaya dilakukan untuk menggagalkan saya menjadi sekretaris, termasuk melaporkan saya dengan tuduhan otoriter. Tapi saya ikhlas dan menganggap semua kejadian itu cerita masa lalu dan kenangan perjalanan karir politik,” kata Chairul sembari mengatakan keributan berakhir setelah Ishak Mekki datang. #fly