
Kayu Agung, SumselSatu.com
Lembaga Independent Of Public Opinion (IPO) INSTITUTE mengeluarkan hasil survei pertarungan kekuatan politik pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dari hasil survei itu, pasangan nomor urut 2 Abdiyanto-Made Indrawan berpeluang besar untuk mengalahkan calon petahana.
“Memang elektabilitas pasangan Abdiyanto – Made Indrawan masih berada di angka 22 persen masih tertinggal jauh dengan calon petahana yang mencapai 47 persen sedangkan pesaing lainnya Azhari-Qomarus dipastikan tersingkir karena hanya mendapat 8 persen,” ujar Direktur IPO INSTITUTE Ahmad Muhaimin, melalui rilis resminya, Sabtu (23/6/2018).
Muhaimin mengatakan, kenapa pasangan Abdiyanto-Made Indrawan masih memiliki peluang besar untuk mengalahkan petahana. Karena pola pemilih calon petahana masih bisa berubah dari 47 persen pemilih Iskandar-Shodiq yang tidak akan berubah atau tetap menginginkan iskandar menjadi bupati sekitar 66 persen sedangkan 14 persen pemilih Iskandar menginginkan bupati baru dan 20 persenya tidak menjawab.
Soal perubahan pemilih ISO kata Muhaimin 44 persen pemilih ISO tidak akan berubah 37 persen berpotensi berubah 19 persen tidak menjawab
“Dari penjabaran tersebut pemilih ISO yang solid dan tidak akan berubah hanya 20,6 persen suara dari total populasi penduduk di OKI jadi kekuatan real calon petahana hanya 20,6 persen,”terangnya.
Sedangkan untuk pasangan Abdiyanto-Made Indrawan 22 persen suara itu sangat solid dan tidak akan merubah pilihan karena banyak dari basis PDIP.
“Pasangan Abdiyanto-Made masih bisa menyalip calon petahana asalkan bisa menggarap suara-suara yang masih lemah dan mengambil suara swing votters keduanya masih berpeluang tinggal strategi masing-masing,”ungkapnya.
Sementara untuk paslon nomor urut 3 Azhari-Qomarus menurutnya, dapat dipastikan tersingkir dari gelanggang karena hanya 8 persen suara, untuk mengejar ketertinggalan itu sangat mustahil. “ Kita melakukan survei sebulan sebelum pilkada dengan perolehan 8 persen tersebut sangat mustahil bagi paslon 3 untuk mengejar ketertinggalan dalam waktu satu bulan,”katanya.
Dia juga menambahkan, dari hasil survei yang dilakukan sikap semua pemilih atau seluruh masyarakat yang ada di OKI sudah 38 persen yang memiliki pilihan masing-masing atau sudah kuat dengan pilihannya. Sementara suara masih lemah sekitar 36 persen dan 26 persennya tidak menjawab. Survei dilakukan periode 18-27 Mei 2018 dengan jumlah responden 1.000 orang. Responden yang dipilih berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah saat mengikuti survei.
“Survei menggunakan metode stratified random samplingdengan toleransi kesalahan kurang lebih ± 3,1%, pada tingkat kepercayaan 95%. Tersebar secara proporsional di setiap kecamatan disesuaikan dengan jumlah populasi kecamatan, lalu didistribusikan ke dalam TPS secara acak,” urai Ahmad Muhaimin.
Teknik stratified random sampling ini, lanjut dia, dimungkinkan setiap anggota populasi (DPT) mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden, sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan hanya melibatkan sedikit responden. Muhaimin mengungkapkan, IPO juga melakukan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner.
“Pewancara berstatus minimal mahasiswa dan mendapatkan pelatihan. Wawancara dilakukan kontrol secara sistematis dengan melakukan cek ulang di lapangan (spotcheck),” imbuhnya.
Selain soal elektabilitas, hasil survei itu menyisahkan 24 persen suara yang masih mengambang. Dari angka swing votters ini, yang masih mempelajari visi misi ada 13 persen dan 11 persen ingin bupati yang perhatian dengan rakyat.
Lembaga survei IPO INSTITUTE sendiri terdaftar resmi di KPU Sumsel dengan nomor 16/PP.04.3-kpt/16/Prov/V/2018. Selain melalukan survey elektabilitas calon, lembaga yang berdiri tahun 2012 ini juga akan melakukan Hitung Cepat Pilkada Sumsel (Quick Count) di 9 Kabupaten/Kota dan 1 Provinsi pada 27 Juni 2018 mendatang. #ari