Palembang, SumselSatu.com
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan mencatat angka kemiskinan di Sumsel sebesar 12,8 persen. Hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) Pemprov Sumsel, karena persentase tersebut di atas rata-rata nasional sebesar 9 persen.
Hal itu disampaikan Kepala BPS Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih saat dibincangi, Rabu (2/1/2019). Endang mengungkapkan, tukar petani masih menjadi PR, terutama pada sektor perkebunan. Dimana dari sisi tukar nilai usaha belum di atas 100, artinya petani masih belajar sejahtera, khususnya di sektor perkebunan.
“Dari sektor tanaman pangan hortikultura, peternakan, dan perikanan sudah lumayan baik, namun sektor perkebunan masih menjadi tugas Pemprov Sumsel,” bebernya.
Menurut Endang, Sumsel masih mengandalkan sektor pertanian. Selain itu, ekspor komoditi batubara, karet, sawit, dan lainnya juga masih perlu diperbaiki.
“Kita menyoroti unggulan ekspor Sumsel seperti kopi, perikanan darat, pariwisata, imunisasi karet yang perlu digali untuk ekspor,” paparnya.
Sementara itu, Pjs Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Hari Widodo mengatakan, inflasi pangan menjadi konsentrasi seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dengan tim pelindung inflasi melaksanakan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
“Kita antisipasi lebih baik, seperti di bulan Agustus ada even Asian Games, pilkada yang tentunya relatif terkendali. Memang selalu antisipasi di depan termasuk akhir tahun,” bebernya.
Hari menambahkan, pemetaan BI pada umumnya mengenai potensi tahun 2019. Prospek pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 persen, masih sedikit dibanding tahun 2018.
“Tanjung Api-Api bila direalisasikan progres yang lebih cepat bisa mendorong perekonomian di Sumsel,” ujar Hari. #nti