Muba Targetkan Replanting Sawit 42.000 Hektar

DISKUSI-Suasana diskusi publik tentang Replanting di Sumsel yang digelar di Lord Cafe Palembang, Minggu (28/4/2019).

Palembang, SumselSatu.com

Pemerintah Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor sehingga pada gilirannya masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dibidang pangan.

Di sektor pertanian, Kementerian Pertanian Indonesia telah melakukan terobosan berupa Program Replanting (peremajaan/penanaman kembali kelapa sawit) bagi masyarakat dengan bantuan uang Rp25 juta bagi petani.

Tak terkecuali bagi Sumatera Selatan, sebagai salah satu lumbung sawit di Indonesia terus mengajak petani karet untuk memanfaatkan peluang ini sebagai peningkatan produksi sawit dimasa mendatang. Termasuk di Musi Banyuasin sebagai produksi sawit terbesar di Sumsel. Bahkan target 2022 program Replanting bisa mencapai 42.000 hektar.

“Pemberdayaan petani sawit berupa program replanting sangat membantu ke petani. Tinggal bagaimana agar berjalan dengan baik harus ada komunikasi yang baik antara Pemerintah Daerah dengan KUD dan juga kelompok tani,”ujar Dewan Pakar HKTI Sumsel Dr Andreas Leonardo dalam momen diskusi publik tentang Replanting yang digelar di Lord Cafe Palembang, Minggu (28/4/2019).

Menurut Andreas, penting harus dikaji oleh semua pihak terkait terutama Pemerintah terutama sasaran benar-benar sertifijat tanah milik rakyat.

“Birokrasi yang tak panjang, penyediaan pasar atau market, dan tak kalah oenting adalah SDM nya,” tegasnya.

Sementara itu Kadisbun Muba Iskandar mengaku, di Musi Banyuasin saja 80 persen kebun sawit tak produktif sehingga memang kebutuhan akan replanting ini sangat mendesak.

“Saat ini 4.400 hektar sudah selesai, ditambah 900 sudah clear, yang mau ditanam juga tambah. Target tahun ini bisa mencapai 12.000 an hektar. Karena saat ini bisa mencapai 8154 ditambah nanti akan ada 5.000 hektar. Sedangkan target 2022 Muba bisa Replanting lahan sawit,”urainya.

Iskandar mengaku tidak akan mempersulit regulasi bagi petani. Menurutnya, syarat bagi petani hanya KTP, KK, legalitas lahan dan titik koordinat.

“Terpenting adalah mengenai juga stabilitas harga. Karena kita tak ingin saat petani panen harga anjlok. Dan itu ada harga patokan,”urainya.

Iskandar mengakui bahwa respon masyarakat positif hanya saja meyakinkan akan masyarakat agar dampak produktifitas sawit sangat positif.

“Hanya saja mengenai program ini tentu akan memaksa stop produktifitas lebih dahulu,” pungkasnya. #ari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here