280 Ton Sampah per Hari Tidak Terangkut, DLHK Butuh Tambahan Armada

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang Akhmad Mustain. (FOTO: SS 1/YANTI).

Palembang, SumselSatu.com

Rasio jumlah sampah di Kota Palembang mencapai 1180 ton per hari, dari jumlah penduduk Kota Palembang yang mencapai 1,6 juta orang. Sementara jumlah sampah yang tidak terangkut sebanyak 280 ton per hari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang Akhmad Mustain mengatakan, dari 1180 ton sampah yang muncul per hari, mereka mengoptimalkan kemampuan armada pengangkut sampah yang harusnya bekerja 2 rit menjadi 3 rit hari per hari.

“Dari rasio sampah 1180 ton per hari, yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya 800 sampai 900 ton per hari. Jadi memang ada 280 ton sampah yang tidak terangkut,” ujar Mustain, Selasa (11/4/2023).

Dia berharap sikap masyarakat untuk memahami sesungguhnya sampah itu bernilai ekonomis. Sehingga mereka kalau ke pasar itu membawa kantung sendiri dan membawa botol minum untuk mengurangi sampah botol kemasan.

“Kita berharap dari 280 ton sampah itu ada kesadaran masyarakat. Mungkin ada juga sampah yang tidak terangkut. Tidak terangkut itu karena terbatasnya armada. Idealnya kita memiliki 225 armada. Sedangkan kita sekarang memiliki 121 armada, jadi sangat jauh,” katanya.

Oleh sebab itu, pada anggaran tahun 2023, mereka mengajukan penambahan armada.

“Kita juga mengajukan ke bantuan gubernur (Bangub) berupa penambahan pengangkutan. Jadi kita sudah sangat berupaya untuk menanggulangi sampah yang ada di Kota Palembang,” ucapnya.

Diakuinya, ada titik sampah liar, tapi tetap diangkut.

“Kita akui tempat pembuangan sampah (TPS) di Kota Palembang ini kurang. Tapi Pemko Palembang sudah beritikad baik untuk membeli lahan, tapi pemilik di sekitar lahan tidak mau dijadikan TPS, karena akan menurunkan harga tanah mereka. Jadi kita optimalkan TPS yang sudah ada,” terang Mustain.

Menurutnya, munculnya TPS liar itu karena disebabkan pemilik lahan yang tidak menunggu tanahnya. Sehingga dipastikan TPS liar itu ada di tanah kosong.

“Kita minta masyarakat yang punya lahan untuk secara rutin memastikan lahan yang dimiliki sehingga tidak menjadi tempat sampah,” katanya.

Untuk mengatasi sampah di TPS liar itu, mereka mengajukan penambahan armada. Mereka juga mengoptimalkan kerja dari 121 mobil yang 2 rit per hari menjadi 3 rit. Kepada masyarakat dia mengimbau untuk membangun pola pikir bahwa sampah ada potensi ekonominya.

“Jadi kita harus memilah sampah yang organik (sampah yang tidak terpakai-red) bisa menjadi pupuk. Sedangkan yang anorganik (sampah dari bahan non hayati-red) bisa dijual ke bank sampah yang tersebar di 36 bank sampah di seluruh kecamatan di Kota Palembang. Jadi sampah anorganik bisa dibawa ke bank sampah menjadi nilai ekonomi,” katanya. #Nti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here