ILUNI UI Sumsel Diskusikan Prospek Industri Migas

ILUNI UI SUMSEL ---- Anggota ILUNI UI Sumsel berfoto bersama usai Nongkrong Berfaedah di Gade Cafe, Palembang, Selasa (19/2/2019) malam. (FOTO: SS1/YANTI)

Palembang, SumselSatu.com

Ikatan alumni (ILUNI) Universitas Indonesia (UI) Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar Nongkrong Berfaedah, Selasa (19/2/2019) malam, di Gade Cafe, Palembang. Diskusi pada nongkrong kali ini mengambil tema industri migas di Indonesia dengan menghadirkan narasumber praktisi migas dari SKK Migas, Afriandi Eka Prasetya.

Ketua ILUNI UI Sumsel, Giri Ramanda N Kiemas mengatakan, nongkrong berfaedah bersama ILUNI UI digelar setiap bulan dengan menggelar diskusi tematik yang aktual.

“Kita rutin menggelar diskusi seperti ini sebulan sekali. Kita kumpul tapi ada manfaatnya dengan menggelar diskusi yang sedang aktual,” ujarnya.

Giri menjelaskan, pada diskusi kali ini, mereka membahas tentang industri migas karena migas beberapa waktu terakhir mengalami naik turun.

“Di sini kita mendengarkan paparan dari praktisi migas dari SKK Migas, saudara Afriandi. Kita ingin menambah wawasan di bidang industri migas di Indonesia, khususnya Sumsel,” bebernya.

Menurut Giri, dari diskusi ini banyak hal yang diketahui terutama mengenai tantangan dunia migas. Begitu juga mengenai cadangan minyak dan gas yang terus menipis. Bahkan ke depan, harus ada perubahan untuk mencari energi alternatif mengingat migas akan habis.  “Ini sumber daya yang akan habis.  Jadi harus ada solusinya,” kata Giri.

Giri mengungkapkan, saat ini Indonesia bukanlah negara eksportir minyak, Indonesia sekarang impor minyak.

“Minyak kita ini kualitasnya bagus sekali. Dengan adanya diskusi ini kita tahu tantangan migas di Indonesia dan prospeknya ke depan,” tambah Giri.

Mengenai peserta diskusi, Giri menuturkan, 80 persen adalah lulusan Universitas Indonesia di Sumsel dan masyarakat umum. “Kita berharap diskusi ini menjadi ajang silaturahmi ILUNI UI dan menambah ilmu,” ucapnya.

Untuk nongkrong berfaedah bulan Maret nanti, direncanakan tema diskusinya terkait fenomena pemilih muda dan golput. Selanjutnya untuk jadwal bulan April, akan mengambil tema diskusi hasil Pemilu 2019.

Terkait masalah migas, praktisi migas dari SKK Migas, Afriandi Eka Prasetya, menceritakan sejarah minyak sudah dimulai sejak lama, bahkan sebelum prasejarah. Sekitar 340 masehi sudah ada penambangan minyak di Cina.

“Pada tahun 1880 berhasil ditemukan minyak di Majalengka dan Langkat. Kemudian dibangun perusahaan migas  di Indonesia oleh perusahaan asing sebelum Indonesia merdeka,” katanya.

Menurut Afriandi, bisnis minyak risikonya sangat tinggi, dari 10 eksplorasi, hanya satu atau dua yang bisa dikembangkan.

“Minyak kita kualitasnya tinggi, makanya lebih untung jika diekspor daripada diolah di dalam negeri. Mengelola migas itu harus lebih kreatif. Tantangan kita harus menjaga lingkungan hidup,” pungkasnya.  #nti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here