Palembang, SumselSatu.com
Seluler dan internet sudah menjadi kebutuhan di era kekinian. Indonesia sendiri menempati posisi 6 dunia sebagai negara dengan masyarakat pengguna internet terbanyak.
Data ini diungkap Dosen Sosiologi Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Sunyoto Usmar, MA saat berbicara di acara seminar nasional dengan tema Transformasi Demokrasi di Era Digital, Senin (12/11/2018), di Aula Pascasarjana Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang.
“Ini luar biasa, sudah hampir tidak pernah lepas dari handphone dan internet. Diperkirakan di seluruh dunia lebih dari 3 miliar orang pengguna internet,” kata Sunyoto.
Dia menambahkan, dulu ahli sosiologi mengembangkan teorinya dari masyarakat nyata. Namun sekarang terjadi perkembangan di mana ada masyarakat baru yang oleh orang sosiologi disebut masyarakat maya, yakni para pengguna internet.
“Ini jadi tantangan besar, teori sosiologi yang lama tidak terpakai lagi karena ada peradaban baru. Literatur sudah banyak tentang masyarakat maya. Tapi kurikulum atau silabus kita yang membahas masyarakat maya masih kurang. Sekarang ada macam-macam cyber. Kalau tidak belajar ini bisa ketinggalan,” bebernya.
Bicara terkait tema, Sunyoto menjelaskan, berdasarkan studi, partisipasi anak muda dalam politik masih rendah. Anak-anak muda saat ini lebih suka berada di mal. Masalah kebanggaan pun tereduksi, anak muda tidak lagi bangga dengan bangsa dan daerahnya. “Anak-anak muda saat ini relatif rendah akses terhadap politik di dunia politik,” ucapnya.
Era digital ini, lanjut Sunyoto, dibagi menjadi tiga bagian yakni pertama, kalangan optimistis adalah mereka yang diuntungkan dalam penggunaan internet untuk memperoleh dukungan politik. Kedua, kalangan pesimis yakni mereka yang menganggap internet tidak begitu berperan. Sedangkan kalangan ketiga adalah kalangan skeptis, yang menganggap ada dan tidak ada internet itu sama saja.
Sedangkan Asisten III Bidang Administrasi Pemprov Sumsel Prof Dr Eduar Juliartha mengatakan, pemimpin lokal dan nasional harus memberikan contoh yang baik. “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia, berbuat yang terbaik untuk bangsa,” sarannya.
Mengenai kegiatan, Fajar selaku Ketua Panitia mengatakan, kegiatan ini dalam rangka membahas permasalahan sekarang yakni era transformasi demokrasi di era digital. Sekarang revolusi 4.0 maka arus digital tidak terbendung lagi. Informasi cepat sekali tersebar.
“Pada 2019 ada pesta demokrasi pilpres dan pileg, kondisi sekarang berbeda dengan tahun sebelumnya. Kami berinisiatif menggelar seminar masalah transfromasi demokrasi di era digital,” ujarnya.
Fajar menjelaskan, tujuan seminar ini adalah membahas isu-isu di era digital dan peran media di era digital.
Sementara Ketua Prodi Magister Sosiologi Unsri M Ridho Taqwa mengatakan, seminar nasional ini digelar setiap dua tahun sekali.
“Saat ini medsos sharing informasi beda dengan zaman dulu. Sekarang informasi sangat cepat tersebar, ini tentu mempengaruhi demokrasi,” katanya. #nti