
Palembang, SumselSatu.com
Sekolah harus menjadi ruang tumbuh yang aman dan mendukung perkembangan anak secara utuh. Perundungan masih menjadi persoalan serius yang harus dihadapi bersama.
“Perundungan atau bullying menjadi hal yang krusial di sekolah. Tindakan ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk dan berdampak panjang terhadap psikologis anak,” ujar Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Sumsel Lidyawati Cik Ujang.
Lidyawati menyampaikan hal itu
saat melaksanakan sosialisasi di Gedung BKOW Sumsel, Palembang, Selasa (28/1/2025). Kegiatan ini mengusung tema ‘Membangun Lingkungan Sekolah yang Inklusif dan Aman, Mencegah Diskriminasi dan Kekerasan’.
Dihadiri oleh para guru, tenaga kependidikan, dan pengurus organisasi wanita, sosialisasi ini menjadi wadah berbagi wawasan mengenai pentingnya menciptakan sekolah yang ramah bagi semua anak tanpa terkecuali.
Upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan terus digaungkan oleh BKOW Sumsel. Melalui kegiatan sosialisasi bertema BKOW Sumsel berkomitmen memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi guru dan tenaga pendidik.
Lidyawati menambahkan, membangun sekolah inklusif bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi juga seluruh ekosistem pendidikan termasuk orang tua dan masyarakat. Sinergi berbagai pihak diperlukan agar budaya saling menghargai dapat tumbuh sejak dini.
Menurutnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan inklusif harus terus ditingkatkan. Sebab, masih banyak anak yang mengalami diskriminasi karena perbedaan latar belakang, kemampuan, maupun kondisi fisik.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap ibu-ibu dan guru dapat menyebarluaskan nilai-nilai positif tentang sekolah inklusif kepada masyarakat luas,” pesan Lidyawati.
Dalam sosialisasi tersebut, hadir pula psikolog Herlina sebagai narasumber. Ia menyampaikan data mengejutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima dunia dalam kasus perundungan terhadap anak di sekolah.
Herlina menjelaskan, pelaku perundungan umumnya pernah menjadi korban sebelumnya, sehingga pola perilaku tersebut terus berulang jika tidak ada intervensi yang tepat. Lingkungan sekolah yang inklusif dapat menjadi solusi mencegah siklus tersebut.
Ia menegaskan pentingnya empati dan komunikasi dalam membangun relasi sehat di lingkungan sekolah. Guru perlu dibekali kemampuan mengenali tanda-tanda perundungan serta melakukan pendekatan yang bijak.
Kegiatan sosialisasi ini disambut antusias oleh peserta yang merasa mendapatkan wawasan baru dalam menciptakan suasana belajar yang lebih aman dan berkeadilan.
Dengan langkah konkret seperti ini, BKOW Sumsel terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan bagi seluruh anak bangsa. #hms









