Palembang, SumselSatu.com
Lembaga Survei Indonesia (LSI ) telah melakukan survei sejak tanggal 10-20 Mei 2024 untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel dengan menggunakan 1.200 sampel atau responden dengan metode multistage random sampling berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Sumsel yang terdistribusi secara proporsional. Hasil survei LSI petahana Herman Deru tetap lebih unggul dibandingkan dengan bakal calon gubernur (Bacagub) lainnya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, PhD, mengatakan, berdasarkan hasil survei LSI bahwa petahana Gubernur 2018-2023 Herman Deru masih cukup dominan. Sehingga berapapun calon yang berhadapan dengan Herman Deru tingkat elektabilitas yang dia peroleh selalu di atas 60%.
“Itu artinya beliau calon yang dominan,” ujar Hanan, Jumat (24/5/2024).
Selain elektabilitasnya di atas 60%, dan jarak elektabilitas antara Herman Deru dengan pesaingnya yang terdekat yakni Mawardi Yahya sangat jauh mencapai angka 50%.
“Jadi tidak mudah untuk mengejar 50% dalam waktu yang singkat hanya waktu 5 sampai 6 bulan saja,” sambungnya.
Oleh sebab itu, kalau situasinya tidak ada perubahan yang sangat signifikan selama 6 bulan ke depan, maka prediksi bahwa peluang Herman Deru untuk terpilih kembali sebagai gubernur periode kedua itu sangat besar.
“Jadi Pilgub Sumsel ini ada calon dominan. Kenapa ada calon dominan? Karena ada gubernur petahana yang dipandang hal positif oleh masyarakat dari berbagai sisi. Kemudian yang kedua tidak ada calon alternatif yang cukup kuat atau kompetitif berhadapan dengan gubernur petahana yang akan maju kembali,” katanya.
“Situasi seperti ini biasa di berbagai tempat, kalau di sebuah pemilihan itu ada gubernur petahana, kepala daerah 0etahana yang bagus itu biasanya memang tidak mudah untuk mengalahkan petahana. Biasanya pertarungannya tinggal mencari siapa mencari wakil,” tambahnya.
Hanan menerangkan, di survei ini ditampilkan berbagai simulasi beberapa kandidat.
“Kita coba siapa wakil yang paling kuat untuk Herman Deru, dan ternyata setelah kita coba berbagai nama yang beredar di berbagai media, ternyata kesimpulannya siapapun pasangannya keunggulan Herman Deru itu tidak berubah, angkanya selalu di atas 60%. Kemudian jarak elektabilitas dengan pesaing terdekatnya mencapai 50% lebih,” katanya.
Hanan menjelaskan, Herman Deru ternyata lebih dominan karena tingkat pengenalan terhadap petahana itu sangat tinggi hampir 100%.
“Artinya hampir 100% masyarakat Sumsel kenal dengan gubernur petahana, dan tingkat kesukaan serta tingkat penerimaan itu sangat tinggi mencapai angka hampir 90%. Itu tidak mudah seorang politisi untuk mendapatkan tingkat kesukaan seperti itu. Pak Jokowi dan pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di periode kedua dapat dari tingkat popularitas dan tingkat kesukaan yang sangat tinggi. Dan tingkat kepuasan dari masyarakat terhadap kinerja Herman Deru saat menjabat gubernur itu masih tinggi,” paparnya.
“Bahkan sejak erman Deru meninggalkan jabatan gubernur sejak 8 bulan lalu, dan saat kami tanya kepada masyarakat apakah masih puas selama beliau menjabat gubernur, dan itu hasilnya masih mencapai angka 80%. Artinya Herman Deru sangat diingat oleh masyarakat,” dia menambahkan.
Dia mengungkapkan, faktor ketiga masyarakat yang menginginkan kembali gubernur petahana untuk dipilih di periode kedua juga masih sangat tinggi atau mencapai angka 70,8%. Artinya hanya 17% tidak menginginkan.
“Itu artinya seorang inkumben yang dominan kalau angkanya 70%, maka potensi suaranya bisa mencapai 70% di pemilu yang sesungguhnya. Tapi nanti kita lihat karena ini angka ketika survei dilakukan survei itu dilakukan saat ini,” katanya.
Hanan melanjutkan, faktor lainnya adalah calon alternatif yang jadi lawan belum kompetitif atau tidak kompetitif. Kenapa? karena tingkat pengenalannya masih rendah dan calon itu masih kurang dikenal oleh masyarakat.
“Buktinya tingkat pengenalannya di bawah 50%. Kemudian yang kedua adalah calon itu juga tingkat penerimaannya belum sekuat dari Herman Deru. Tentu ada faktor lain siapa yang paling kuat sosialisasi, siapa yang mampu menggunakan media sosial dan sebagainya. Itu banyak faktor lain tapi yang jelas terlihat saat ini adalah hal tersebut,” katanya.
anan menjelaskan, sampel yang diambil 1200 responden, terdistribusi secara proporsional di seluruh 17 kabupaten dan kota.
“Artinya di Palembang itu pemilihnya ada 20% maka sampel 1200 ada di Kota Palembang. Sementara di OKI jumlah pemilihnya sekitar 9% berarti 9% dari sampel kita itu 1200 berasal dari OKI,” katanya.
Kemudian contoh terdistribusi secara proporsional secara wilayah bukan hanya itu, tapi juga terdistribusi berdasarkan kategori demografis. Misalnya gender 50% perempuan dan 50% laki-laki, maka dari sampel 1200 itu 600 perempuan dan 600 laki-laki. Termasuk dari pendidikan ada yang pendidikannya rendah, tinggi, sedang juga terwakili seperti ini.
“Kemudian dari generasi ada generasi Z yang umurnya 25 tahun ke bawah itu juga secara proporsional terwakili, dan generasi milenial generasi itu semua terwakili. Singkatnya survei yang kami lakukan adalah sampel yang representatif, maka temuannya yang kami peroleh bisa mewakili populasi secara keseluruhan dengan catatan ada margin error 2,9%,” katanya. #nti
