Hijaukan Lingkungan Merahkan Keuangan Ala Bank Sampah Sakura

PILAH SAMPAH ----- Beberapa ibu-ibu sedang memilah sampah di Bank Sampah Sakura, Jumat (2/3/2019). (FOTO: SS1/AMA)

Palembang, SumselSatu.com

Tak seperti dulu, kini sampah tak lagi jadi masalah bagi lingkungan, setidaknya di sekitaran Kelurahan Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar, Palembang. Pasalnya, Bank Sampah Sakura senantiasa berusaha menghijaukan lingkungan dan memerahkan keuangan dengan cara mengolah sampah menjadi rupiah.

Wakil Direktur Bank Sampah Sakura, Rita Kusmimi, dibincangi di sela kesibukannya, Jumat (1/3/2019) lalu, menjelaskan, motto hijaukan lingkungan maksudnya sampah bukan lagi material yang dipandang sebagai perusak lingkungan. Pasalnya, sampah-sampah yang dibuang warga, baik organik maupun anorganik, semua bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis.

“Produknya bisa dijual dan menghasilkan uang, itu yang dimaksud dari motto merahkan keuangan,” ujar Rita yang saat dikunjungi sedang membuat payung dari bahan-bahan bekas kemasan beras, di Bank Sampah Sakura yang berlokasi di belakang SMAN 22 Palembang, Perumnas Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar, Palembang.

PRODUK DARI OLAHAN SAMPAH —– Wakil Direktur Bank Sampah Sakura, Rita Kusmimi dan Bendahara KSM Maju Jaya, Rina, menunjukkan beberapa produk dari olahan sampah. (FOTO: SS1/AMA)

Ya, namanya juga bank sampah. Sudah pasti pasokan yang diburu adalah segala macam jenis barang yang dibuang warga. Rita menjelaskan, dalam menjalankan usaha ini, bank sampah Sakura berkolaborasi dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Maju Jaya yang bertugas memasok sekaligus mengolah sampah.

KSM Maju Jaya dengan unit usaha tempat pengolahan sampah 3R, mengoordinir pengambilan sampah dari rumah-rumah warga. Ada sekitar 350 rumah yang menjadi pelanggan. Masing-masing pelanggan dibebani kontribusi Rp20 ribu/bulan.

Petugas pengambil dan pengumpul sampah tersebar di beberapa unit seperti unit Perumahan Maskarebet, unit Perumahan Interbis, dan perumahan lain di kawasan Talang Kelapa.

Selain sampah yang dipasok dari petugas pengambil sampah di rumah-rumah, ada juga warga yang menjadi nasabah bank sampah Sakura. Para nasabah datang sendiri menyerahkan sampah-sampah yang biasanya sudah dipilah.

Sampah-sampah dari nasabah diharga sesuai kondisi, antara Rp1.000 sampai  Rp2.500/kg. Saat menyetor sampah, nasabah tidak langsung menerima uang melainkan hanya dicatat dalam buku tabungan yang bila sudah mencukupi nominalnya maka nasabah akan diberi emas atau logam mulia. Dalam hal ini, bank sampah Sakura bekerjasama dengan Pegadaian.

Sampah-sampah yang didapat, semua diolah menjadi barang yang bermanfaat. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik untuk menyuburkan tanaman. “Sampah organik dibuat pupuk kompos, kita ada mesin pengolahnya. Untuk kualitas pupuk, kita sudah buktikan duluan, alhamdulillah itu hasilnya,” kata Rita sambil menunjuk tanaman dan berbagai bunga yang tumbuh subur di lingkungan bank sampah tersebut.

Pupuk kompos yang diproduksi, dikemas dalam bungkus rapi dan dijual dengan harga terjangkau, ada yang Rp10 ribu/kantong.

Sementara sampah-sampah anorganik, diolah sedemikian rupa agar menjadi produk siap jual. Berbagai hasil olah cipta dari sampah anorganik seperti keranjang dari bekas gelas minuman Frutang atau teh gelas yang kekuatannya tak perlu diragukan. Keranjang ini dijual dengan harga antara Rp250 ribu hingga Rp500 ribu.

“Itu memang susah membuatnya, prosesnya butuh waktu lama. Harga bervariasi tergantung besar kecilnya keranjang,” jelas Rita.

Hasil karya lainnya seperti bros, tudung saji, pigura, tas untuk belanja, serta pernak pernik lain. Bahkan menurut Rita, pihaknya bisa menerima pesanan untuk souvenir pernikahan atau even tertentu. Namun, khusus pesanan harus dilakukan jauh hari karena dibutuhkan waktu untuk mencari bahannya terlebih dahulu.

Terkait pemasaran, Rita menjelaskan, pihaknya selalu diikutkan pada acara pameran-pameran. Selain itu, sering ada kunjungan pejabat-pejabat, baik dari lokal Sumsel maupun dari luar Sumsel.

“Karena kita di sini kan sudah jadi percontohan, jadi sering ada yang berkunjung dan membeli produk kita. Kita juga promosikan lewat Instagram,” kata Rita.

Usaha yang ditekuni Rita dan para emak-emak di bank sampah Sakura dan KSM Maju Jaya memang patut dicontoh. Dengan kerja keras yang dimulai sejak 2015 lalu, kini mereka sudah bisa mengatasi masalah sampah bagi lingkungan sekaligus mampu membantu warga untuk mencari tambahan penghasilan. #ama

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here