Literasi Digital di Era Perkembangan Gen-z

Jika Gen Z berhasil mentransformasi kecakapan teknis mereka menjadi kemampuan berpikir kritis, etis, dan bertanggung jawab, mereka akan menjadi generasi yang paling siap untuk memimpin masa depan digital.

Nyayu Indah Fitriani. (FOTO: SS 1/IST).

Disusun Oleh:

Nyayu Indah Fitriani, SE.
Mahasiswa Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Tridinanti (Unanti) Palembang.

GENERASI Z (Gen Z), mereka yang lahir kira-kira antara pertengahan 1990 hingga awal 2010, adalah generasi digital native sejati. Mereka tumbuh seiring dengan meledaknya media sosial, smartphone, dan akses internet yang nyaris tanpa batas. Secara alami, mereka memiliki kemampuan teknis yang tinggi dalam mengoperasikan perangkat dan platform digital. Namun, kecakapan teknis ini tidak secara otomatis sama dengan literasi digital yang mumpuni.

Tantangan utama literasi digital Gen Z bukanlah pada cara menggunakan teknologi, melainkan pada cara memproses, memverifikasi, dan memanfaatkan informasi yang mereka temui.

Gen Z terpapar pada volume informasi yang masif setiap hari. Hal ini meningkatkan risiko ketergantungan pada feed dan algoritma yang cenderung menyajikan konten sesuai preferensi mereka (echo chamber). Akibatnya, mereka rentan terhadap:

Misinformasi dan Hoaks: Kemampuan untuk memverifikasi sumber (otoritas, keandalan, dan tujuan konten) sering kali terlewatkan karena kecepatan konsumsi informasi.

Bias Konfirmasi: Mereka cenderung mencari atau menerima informasi yang sudah sesuai dengan pandangan mereka, menghambat pemikiran kritis.

Meskipun aktif di ruang digital, banyak anggota Gen Z yang belum sepenuhnya memahami implikasi dari jejak digital mereka (digital footprint), pentingnya privasi data, atau bagaimana menjadi warga negara digital yang etis dan bertanggung jawab.

Contohnya:

Keamanan Siber: Kurangnya kesadaran mendalam tentang phishing, proteksi kata sandi, dan risiko berbagi informasi pribadi.

Etika Berinteraksi: Kecenderungan untuk terlibat dalam cyberbullying atau ujaran kebencian, sering kali karena merasa anonim atau terlindungi di balik layar.

Diera digitalisasi saat ini mudahnya untuk mengakses dan mengetahui informasi dari berbagai bidang, maka perlu ditingkatkan literasi digital agar tidak termakan informasi atau berita yang bersifatnya hoax.

Lantas apa itu literasi digital yang marak diperbincangkan oleh Generasi Z?

Literasi Digital itu sendiri yaitu kemampuan atau keterampilan dalam bijak dan menggunakan media social atau media massa serta menjadi pengetahuan dan teknologi dalam mengakses dan menganalisis informasi atau berita membuka luas kesempatan bagi kaum Gen Z sendiri untuk menampilkan keterampilan dan bakat mereka di media itu sendiri untuk berpikir kritis, kreatif dan produktif.

Teknologi juga memunginkan untuk belajar di mana saja dan kapan saja. Dengan meningkatkan Literasi Digital Gen Z bisa memahami, menganalisis dan mengevaluasi informasi dari berbagai seperti, ancaman cyber, pencarian informasi secara efektif, dan menggunakan teknologi dengan bijak dan aman.

Gen Z di era perkembangan sekarang lebih berkembang dan tidak mudah termakan informasi yang tidak benar. Namun seiring perkembangan zaman media sosial menjadi beraneka ragam. Sebagian orang menganggap perubahan ini memberikan dampak positif dan negatif.

Ilustrasi Gen Z

Gen Z Unggul Kreativitas

Meskipun menghadapi tantangan, karakteristik Gen Z juga menawarkan peluang besar untuk pengembangan literasi digital. Mereka adalah generasi yang adaptif, kreatif, dan berorientasi pada visual.

Gen Z unggul dalam kreativitas digital (membuat video, desain grafis, dll.) Keunggulan ini bukan hanya sekadar hobi, melainkan sebuah keterampilan inti yang terbentuk karena mereka tumbuh besar di tengah ketersediaan alat dan platform digital yang mudah diakses.

Gen Z tidak memerlukan studio atau perangkat lunak mahal untuk berkreasi. Mereka menggunakan alat yang ada di ujung jari mereka:

Aplikasi Seluler: Mereka mahir menggunakan aplikasi pengeditan video (000), desain grafis (e.g., Canva), dan filter real-time langsung dari smartphone mereka.

Platform All-in-One: Platform seperti TikTok dan Instagram Reels menyediakan semua yang dibutuhkan musik, efek, alat trimming dalam satu aplikasi, memungkinkan produksi konten yang cepat dan berulang.

Singkatnya, Gen Z adalah generasi kreator, di mana setiap smartphone adalah studio mini dan setiap individu berpotensi menjadi micro-influencer. Keunggulan ini adalah aset besar, baik di bidang hiburan, pemasaran, hingga aktivisme sosial.

Kesimpulan

Literasi digital bagi Gen Z adalah lebih dari sekadar menguasai teknologi. Ini adalah tentang membentuk mentalitas kritis untuk bertahan dan berhasil di dunia yang didominasi informasi. Jika Gen Z berhasil mentransformasi kecakapan teknis mereka menjadi kemampuan berpikir kritis, etis, dan bertanggung jawab, mereka akan menjadi generasi yang paling siap untuk memimpin masa depan digital. Peran pendidik dan orang tua adalah kunci untuk menjembatani kesenjangan ini, mengubah mereka dari pengguna pasif menjadi agen perubahan digital yang cerdas. *

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here