Ade Frandika
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Tridinanti Palembang.
BISNIS kuliner seolah tak pernah kehilangan penggemar. Dari kafe estetik di sudut kota, hingga warung kaki lima yang selalu ramai, semua punya peluang untuk tumbuh. Tapi di balik kesuksesan itu, ada satu rahasia penting yang sering diabaikan oleh para pelaku usaha, yaitu Studi Kelayakan Bisnis, terutama saat ingin meluncurkan produk baru.
Di tengah persaingan ketat dan tren makanan yang terus berganti, banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mencoba berinovasi meluncurkan menu baru, varian rasa unik, atau kemasan yang lebih modern. Namun, tanpa perhitungan matang, langkah itu bisa berakhir sia-sia.
Agar inovasi rasa pada UMKM kuliner tidak sia-sia, studi kelayakan harus berfokus pada bumbu utama dengan menganalisis aspek-aspek kunci yang memastikan inovasi tersebut diterima pasar dan menguntungkan. Studi ini mencakup analisis produk, pasar, teknis, manajemen dan finansial.
Inovasi rasa harus berbeda dari kompetitor dan memiliki ciri khas. Lakukan uji coba resep dan perhatikan kombinasi rasa, tekstur, dan aroma yang baru.
Standarisasi bumbu utama penting untuk menjaga kualitas rasa produk. Konsumen harus dapat menikmati rasa yang sama setiap kali membeli. Kemasan harus bisa mewakili inovasi dan kualitas produk. Pertimbangkan desain, label, dan informasi produk yang relevan untuk menarik pelanggan.
UMKM memiliki posisi penting dalam kemajuan ekonomi Indonesia. Berdasarkan informasi dari Kementerian Koperasi dan UKM, sektor UMKM berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap kira-kira 97% dari tenaga kerja
di Indonesia.
Ini mengindikasikan bahwa UMKM memainkan peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi serta distribusi kesejahteraan masyarakat.
Salahsatu bidang UMKM yang mengalami pertumbuhan yang signifikan adalah sektor makanan. Perubahan dalam gaya hidup masyarakat urban yang semakin praktis dan aktif telah meningkatkan kebutuhan untuk makanan siap saji, camilan dan kue homemade.
Selain untuk konsumsi pribadi, produk makanan seperti kue kering dan snack juga sangat dicari untuk oleh-oleh, hampers, acara sosial, serta bisnis kuliner kecil. Walaupun terdapat banyak peluang di pasar, pelaku UMKM di sektor makanan menghadapi berbagai tantangan dalam hal manajemen usaha.
Masalah yang biasa dihadapi adalah sulitnya akses terhadap modal, struktur manajemen yang belum teratur, pengetahuan pemasaran yang terbatas, serta pencatatan keuangan yang belum maksimal. Akibatnya, banyak usaha yang tidak dapat berkembang secara optimal bahkan mengalami kegagalan dalam waktu singkat. Untuk mengurangi risiko tersebut, penting untuk melakukan studi kelayakan sebelum memulai atau memperluas usaha.
Studi kelayakan merupakan proses yang terstruktur untuk mengevaluasi potensi suatu usaha dari berbagai perspektif guna membantu pengambilan keputusan bisnis. Kelayakan usaha biasanya dianalisis melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek lingkungan, aspek manajemen, aspek finasial, aspek sumber daya manusia (SDM), dan aspek sosial dan politik.

Ketika Kreativitas Bertemu Perencanaan
Bagi UMKM kuliner, studi kelayakan bukan sekadar angka dan tabel. Ini adalah proses memahami apakah ide baru benar-benar layak dijalankan dari berbagai sisi pasar, teknis, finansial, hingga manajemen.
Melalui studi kelayakan, pengusaha bisa mengetahui:
• Siapa target pasar yang tepat untuk produk barunya.
• Seberapa besar biaya produksi dan keuntungan yang bisa diraih.
• Apakah bahan baku mudah diperoleh secara berkelanjutan.
• Bagaimana strategi pemasaran yang efektif untuk memperkenalkan produk.
Dari Dapur Tradisional ke Inovasi Modern
Perubahan gaya hidup masyarakat turut mendorong UMKM untuk terus beradaptasi. Konsumen kini tidak hanya mencari rasa, tapi juga nilai tambah seperti kesehatan, kepraktisan dan estetika.
Beberapa tren kuliner yang kini sedang naik daun di kalangan UMKM antara lain:
• Makanan sehat dan organik, dengan bahan alami dan tanpa pengawet.
• Cemilan kekinian berbasis bahan lokal, seperti keripik singkong rasa truffle.
• Minuman herbal modern, misalnya jamu dalam botol dengan desain minimalis.
• Makanan instan rumahan, yang mudah disajikan tapi tetap terasa autentik.
Tantangan di Balik Dapur Inovasi
Meski banyak peluang, pengembangan produk baru juga tidak mudah. Banyak pelaku UMKM menghadapi kendala klasik seperti modal terbatas, keterbatasan alat produksi, hingga kesulitan melakukan pemasaran digital.
Beberapa tantangan utama yang sering muncul antara lain:
1. Biaya riset dan uji coba produk yang cukup tinggi.
2. Kurangnya pemahaman tentang tren pasar dan perilaku konsumen.
3. Keterbatasan sumber daya manusia dalam inovasi dan manajemen.
4. Keterbatasan modal kerja untuk produksi massal.
5. Sulitnya membangun branding dan kepercayaan pelanggan di era digital.
Namun, bagi mereka yang mampu memadukan kreativitas dan strategi bisnis, tantangan itu justru bisa menjadi peluang.
Langkah Sederhana Melakukan Studi Kelayakan:
Untuk pelaku UMKM, studi kelayakan tidak harus rumit. Berikut lima langkah sederhana yang bisa diterapkan:
1. Riset Pasar: Pelajari tren kuliner dan selera konsumen lokal.
2. Uji Produk: Lakukan tes rasa atau survei sederhana untuk mengukur respon pasar.
3. Hitung Biaya dan Harga: Pastikan harga jual tetap kompetitif tanpa mengorbankan kualitas.
4. Rancang Strategi Promosi: Gunakan media sosial untuk mengenalkan produk.
5. Evaluasi dan Perbaikan: Dengarkan masukan pelanggan untuk pengembangan lebih lanjut.
Studi kelayakan membantu pelaku UMKM kuliner memahami bahwa kesuksesan tidak hanya soal rasa, tapi juga soal strategi dan kesiapan. Dengan analisis yang tepat, produk baru tidak hanya bisa diterima pasar, tapi juga bertahan lama di tengah persaingan. *










