Jakarta, SumselSatu.com
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan kekecewaaannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) AS James Mattis terkait Palestina. Ini menyangkut pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Hal itu disampaikan Retno dalam pertemuan dengan Mattis tadi di kantornya, Jl Taman Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (22/1/2018) malam. Ada beberapa poin yang menjadi pembicaraan keduanya, di antaranya mencakup soal Palestina, yang merupakan salah satu isu sensitif di Indonesia.
“Satu yang saya sampaikan bahwa isu Palestina ‘In the heart of mine of The Indonesian people‘. Jadi isu ini sangat mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia,” ucap Retno seusai pertemuan.
“Nah, kita sangat menyesalkan adanya announcement tersebut dan saya sampaikan mengenai posisi Indonesia mengenai two state position, di mana isu Yerusalem menjadi capital (ibu kota) dari Palestina,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Retno juga meminta agar rencana Amerika mengurangi bantuan untuk United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) atau Badan Kesejahteraan dan Pemulihan PBB untuk Palestina bisa dipertimbangkan kembali. Mattis rupanya menanggapi positif permintaan itu.
“Untuk bantuan UN ke UNRWA disampaikan bahwa fokus untuk pendidikan dan kesehatan dan juga untuk keperluan wanita dan anak-anak itu akan tetap dipelihara. Jadi tidak akan terdampak rencana pemotongan tersebut,” kata Retno.
Retno juga menyampaikan kepada Mattis soal kerja sama Indonesia dengan Afganistan. Indonesia juga akan mengunjungi negara yang berkonflik dengan Amerika itu.
“Saya hanya sampaikan Presiden akan melakukan kunjungan ke 5 negara. Kita bersama dengan Afganistan sedang mencoba bekerja sama di dalam konteks peace building,” ucap Retno lagi.
Terakhir soal konsep Regional Architecture Indopacific. Indonesia, yang sebelumnya telah mendengar konsep tersebut dari Australia, Jepang, dan India, kini bertukar pikiran dengan Amerika mengenai konsep masing-masing.
“Saya sebutkan kembali bahwa Arsitektur Regional Indo-Pasifik hendaknya dibentuk berdasarkan asas keterbukaan, transparansi, inclusiveness, dan didasarkan kepada spirit kerja sama dan menyuburkan habit of dialogue,” urai Retno.
Dengan konsep itu, Retno meyakini Indo-Pasifik akan menjadi kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Yang terpenting, Retno menambahkan, Indonesia siap berbicara dengan negara mana pun untuk membangun dialog.
“Dan tadi saya juga sampaikan bahwa akan baik jika pendekatannya juga dilakukan melalui building blocks. Jadi kerja sama-kerja sama yang ada harus kita perkuat. Kemudian di-link satu sama lain,” pungkasnya. #min