Palembang, SumselSatu.com
Pelaku terduga teroris asal Riau mengaku hapal Pancasila namun benci dengan dasar negara Indonesia. Oleh sebab itu, mereka ingin mengubah Pancasila menjadi khilafah.
Hal tersebut diungkapkan Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkaranain Adinegara dalam acara “Tatap Muka Forkopimda Sumsel dengan Toga, Tomas, Todat serta Toda dalam Rangka Harkamtibmas” di Hotel Swarna Dwipa, Selasa (15/5/2018).
Zulkarnain Adinegara mengaku sempat mengobrol panjang lebar dengan dua terduga teroris asal Riau yang ditangkap di Palembang, Senin (14/5). Keduanya menyebut polisi sebagai kafir harbi yang harus dimusnahkan.
“Kronologis penangkapan dan hasil obrolannya dengan kedua pelaku berinisial HS alias AA dan HH alias AA. Keduanya mengubah nama setelah masuk dalam kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD),” ujarnya.
Dari obrolannya itu, sambung Zulkarnain, kedua pelaku hafal dengan Pancasila tetapi benci dengan dasar negara itu. Mereka ingin merubah Pancasila menjadi khilafah sebagai target perjuangannya.
“Saya tanya hafal Pancasila, ya mereka hafal Pancasila. Tapi tidak pancasilais, sangat tidak senang dengan Pancasila. Saya bilang sama mereka sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya kita beragama. Mereka ngotot, jadi saya anggap mereka bebal, mungkin mereka juga anggap saya bebel,” ungkap Zulkarnain.
Zulkarnain menambahkan, mereka mengaku menganut paham salafiyah melalui pengajian. Mereka juga belajar tentang agama dari internet sehingga mudah mengikuti ajaran sesat.
“Mereka pahamnya salafiyah. Tapi saya kira tidak ada kaitannya dengan agama,” ucapnya.
Bagi keduanya, sambung Zulkarnain, semua orang yang di luar kelompoknya adalah kafir. Terkhusus bagi polisi, mereka anggap sebagai kafir harbi atau kafir musuh utama yang harus dimusnahkan.
“Tapi mereka beraksi tidak sembunyi-sembunyi, harus berhadapan, misalnya mau ngebom,” ungkapnya.
Zulkarnain menambahkan, selama ini kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS ini berdiam diri dan tetap seperti warga biasa. Setelah kerusuhan di Mako Brimob, mereka akhirnya keluar dan bermaksud melakukan amaliah.
“Selama ini mereka sleeping cell, senyap, tidak bergerak, tapi menunggu waktu. Begitu Mako Brimob pecah, mereka bergerak,” tandasnya.
Zulkarnain menuturkan, apa yang dilakukan polisi dengan menangkap HS dan HH merupakan bentuk pencegahan. “Kita belum menemukan bukti fisik materil seperti bom. Tapi penangkapan itu sebagai bentuk pencegahan,” pungkasnya. #nti