Giri Memotivasi Mahasiswa UIN RF Jadi Politisi

PENGHARGAAN----Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Raden Fatah Dr Ety Yusnita, SAg, MHI, memberikan plakat penghargaan kepada M Giri Ramanda N Kiemas, yang menjadi pembicara pada Seminar Motivasi ‘Sukses Berpolitik di Usia Muda’, di Kampus UIN Raden Fatah, Palembang, Rabu (27/10/2021). (FOTO: SS1/ANTON R FADLI)

Palembang, SumselSatu.com

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan (DPRD Sumsel) H M Giri Ramanda N Kiemas, SE, MM, menjadi pembicara dalam Seminar Motivasi ‘Sukses Berpolitik di Usia Muda’.

Seminar diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, di Kampus UIN Raden Fatah, Palembang, Rabu (27/10/2021).

Giri Ramanda memotivasi para mahasiswa yang menjadi peserta seminar untuk menjadi politisi. Ia mengawali pembicaraannya dengan pertanyaan ‘Bisa tidak berpolitik dalam usia muda?’. Jawabannya ‘bisa’.

Giri yang pertamakali menduduki kursi DPRD Sumsel di usia 24 tahun itu mengatakan, untuk menjadi politisi, harus mempersiapkan diri menjadi politisi. Yakni, belajar berorganisasi. Mahasiswa dapat mengikuti berbagai organisasi di kampus.

“Harus belajar beroganisasi,” ujar Giri yang Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Sumsel itu.

Selanjutnya, harus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.

“Rajin membaca buku, rajin-rajin membaca berita agar tahu kondisi hari ini,” kata Giri yang mengaku telah membaca sedikitnya 1146 judul buku ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) itu.

Karena, kata Giri, kemampuan intelektual, kerja keras dan ketekunan, menjadi salah satu kunci bagi dirinya menjadi politisi muda. Ia mengatakan, dengan berorganisasi, kita dapat mengenal orang lain dan bergaul. Hal itu menjadi alat untuk membangun networking atau jaringan.

“Ini penting (jaringan-red),” tandas Giri yang sejak SMA telah bergabung di PDI Perjuangan tersebut.

Dan organisasi yang harus dikuti seseorang jika ingin menjadi politisi, adalah organisasi politik. Yakni, partai politik (Parpol). Artinya, masuk dalam parpol suatu keharusan.

PEMBICARA—–M Giri Ramanda N Kiemas, saat menjadi pembicara dalam Seminar Motivasi ‘Sukses Berpolitik di Usia Muda’, di Kampus UIN Raden Fatah, Palembang, Rabu (27/10/2021).
(FOTO: SS1/ANTON R FADLI)

Lalu, bagaimana dengan finansial?. Dikatakan Giri, uang bukan segala-galanya. Namun, tidak dapat pungkiri uang sebagai modal tetap menjadi salah satu yang dibutuhkan ketika ingin menjadi politisi.

Giri mengatakan, pemilihan umum (Pemilu) liberal telah membuat pemilu yang materialistis. Survei yang pernah pihaknya lakukan menunjukkan, 35 persen calon pemilih di Sumsel akan memilih calon anggota legislatif (Caleg)/calon kepala daerah, jika mendapatkan sesuatu. Baik berupa uang atau barang. Hanya 33 persen calon pemilih rasional, dan sisanya sekitar 32 persen pemilih primordial atau memilih berdasarkan kekeluargaan, agama, ras, suku, dan kedekatan lainnya.

“Ini realita. Kondisi politik saat ini tidak rasional. Biaya politik terlalu tinggi,” kata Giri.

Kata Giri, menjadi keharusan bagi politisi modern untuk mampu menghitung biaya politik. Biaya politik yang dikeluarkan, akan mempengaruhi perilaku dan kebijakan politik.

Ketika salah satu peserta seminar mempertanyakan adanya penilaian bahwa politik itu jahat, dan politisi itu korup, Giri mengatakan, partipasi politik di Sumsel pada pemilu lalu mencapai angka sekitar 78 persen. Artinya, ada 22 persen yang tidak memilih dengan berbagai alasan. Termasuk, yang menilai politik itu jahat.

Dikatakan Giri, ada pihak-pihak luar yang ingin politik Indonesia tidak stabil. Sehingga, isu bahwa politik jahat, politisi tidak mengurus rakyat terus dibesarkan.

Giri tidak memungkiri, ada oknum politisi yang korup, tidak memihak atau mengurusi rakyat.

“Tetapi yang baik juga ada,” kata Giri Ramanda Kiemas.

Selain Giri, hadir juga sebagai pembicara dalam seminar tersebut, Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Raden Fatah Dr Ety Yusnita, SAg, MHI, Anggota DPD RI asal Sumsel Jialyka Maharani, SIKom, dan Anggota DPRD Palembang Adzanu Guntur, SH, MH, dan Pebby Anggi, SH, MKn. Namun, pembicara tidak menyampaikan materi mereka secara bersamaan. #arf

  

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here