Kebun Raya Sriwijaya Gunakan Lahan Gambut

Kepala Balitbang Sumsel Lukitariati

Palembang, SumselSatu.com

Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dikenal memiliki lahan basah (gambut) dengan luas yang menutupi sebagian wilayahnya. Untuk itu, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangnovda) Sumsel, lahan gambut itu akan dijadikan prioritas pembangunan Kebun Raya Sriwijaya.

Kepala Balitbang Sumsel Lukitariati mengatakan, alasan menjadikan lahan gambut sebagai Kebun Raya Sriwijaya karena karakter unik yaitu kelembapan tanah yang sangat tinggi, bahkan cenderung tergenang.

“Kondisi yang sedemikian ini memungkinkan keberadaan spesies-spesies tumbuhan endemik yang telah mampu beradaptasi dengan kondisi ekstrem dan cekaman,” katanya.

Berdasarkan hal tersebut pihaknya menjadikan lahan gambut sebagai kawasan konservasi tumbuhan lahan basah dan tumbuhan obat.

“Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dan keberadaan masyarakat di wilayah itu sudah sejak lama memanfaatkan tumbuhan, salah satunya sebagai tumbuhan obat,” ujar dia.

Sejauh ini, ia menjelaskan, selain penanaman di Kebun Raya Sriwijaya, pihaknya juga sekarang lagi membangun infrastruktur yang bekerjasama dengan berbagai dinas-dinas terkait di Sumsel dan juga menggandeng perusahaan BUMD.

“Infrastruktur juga sudah dibangun seperti jalan masuk, pengaturan aliran kanal-kanal, pintu air, apalagi gambut harus diatur pada saat kemarau kering dan saat hujan banjir. Kita dibantu oleh Dinas PUBM, Kementerian PU dan untuk BUMN seperti PT Bukit Asam, PT Pusri dan BRI. Mereka memiliki bagian untuk membantu membangun infrastruktur di Kebun Raya Sriwijaya,” jelasnya.

Menurut dia, memakai lahan gambut di Kebun Raya Sriwijaya menjadi yang pertama di Asia. Lokasinya berada di Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir (OKI). Kebun Raya Sriwijaya ini direncanakan akan selesai di tahun 2018 dan akan dilaunching bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup.

“Kita sudah rapatkan bersama UPTD terkait, mudah-mudahan dapat dilakukan pada Hari Lingkungan Hidup,” ungkapnya.

Namun sebelum launching, pihaknya harus melengkapi persyaratan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Seperti halnya kawasan kebun harus legal, juga harus memiliki infrastruktur yang memadai, yakni jalan menuju kawasan kebun, loket pusat informasi, kanal-kanal, selanjutnya zona koleksi tanaman khas seperti tanaman lahan basah, lahan obat tanaman eksplorasi dan terakhir infrastruktur pendukung sumur bor.

“Dari semua persyaratan dari LIPI tersebut, sudah ada yang selesai untuk tahun 2017 ini, dan yang belum akan kita selesaikan di tahun 2018. Kita berharap semua persyaratan dapat selesai, sehingga Kebun Raya Sriwijaya dapat dilaunching,” pungkasnya. #ari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here