Masih Minim Sekolah yang Miliki Pustakawan

NARASUMBER----Dua narasumber pada seminar ‘Peran Pustakawan Sebagai Filter Informasi Hoax Dalam Rangka Pengembangan Pustakawan Berbasis Inklusi Sosial’’, di Aula Bandan Perpustakaan Daerah Sumsel, di Jalan Demang Lebar Daun, Palembang, Kamis (4/7/2019). (FOTO: SS1/DODI FEBRIANSYAH)

Palembang, SumselSatu.com

Perpustakaan di sekolah maupun perguruan tinggi di Sumatera Selatan (Sumsel) belum mendapatkan perhatian serius dari penyelenggara pendidikan maupun pemerintah daerah. Tenaga pengelolah perpustakaan atau pustakawan juga masih minim.

Demikian benang merah seminar ‘Peran Pustakawan Sebagai Filter Informasi Hoax Dalam Rangka Pengembangan Pustakawan Berbasis Inklusi Sosial’’, di Aula Bandan Perpustakaan Daerah Sumsel, di Jalan Demang Lebar Daun, Palembang, Kamis (4/7/2019). Seminar itu diselenggarakan bertepatan dengan Musyawarah Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Sumsel.

Ketua IPI Sumsel Suhana Devia Al-muslim mengatakan, perpustakaan sekolah, terutama di sekolah dasar dan lanjutan, masih belum berstandar baik. Salahsatu penyebabnya belum ada pustakawan yang mengelolah perpustakaan.

Kata Suhana, saat ini, sekolah yang memiliki pustakawan baru lima persen. Namun, dia tidak menyampaikan angka pasti jumlah pustakawan dan sekolah.

Ditambahkan Suhana, kebanyakan tenaga pengajar yang diangkat menjadi pustakawan.

“Kendalannya kekurangan sumber daya manusia bidang pustakawan. Rata-rata hanya memanfaatkan sumber daya yang ada,” kata Suhana saat diwawancarai wartawan usai seminar.

Widiyaiswara Utama dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sumsel M Nasir Nata menyampaikan, perpustakaan yang sudah berstandar baik baru 30-40 persen. Namun, Nasir pun juga tidak menyebutkan angka pasti perpustakaan.

Katanya, perpustakaan SD dan SLTP paling banyak belum memenuhi standarn. Kata Nasir, selain sumber daya manusia, jumlah koleksi buku yang dimiliki, serta ruangan perpustakaan menjadi penentu penilaian.

“Kriterianya cukup banyak, karena itu memang masih sedikit sekolah yang belum mampu memenuhinya,” kata Nasir.

Dia mengatakan, salah satu upaya yang bisa ditempuh agar standar perpustakaan bisa terpenuhi, yakni memberikan otoritas pengelolaan perpustakaan secara penuh. Selain itu, perlu juga dukungan dari kepala sekolah. Bagi guru atau yang ditunjuk menjadi pengelola sekolah, maka hendaknya juga rajin mengikuti diklat kepustakaan.

Sebelumnya, Nasir menyampaikan, para pustakawaan harus meningkatkan kompetensi diri, pelayanaan secara prima, serta terus mengikuti perkembangan ilmu kepustakaan dengan penuh dedikasi, dan terbiasa membaca/menulis. Para pustakawan diharapkan dapat memberikan informasi akurat dan mengklarifikasi berita hoaks agar pola pikir masyarakat dapat berubah, selektif dalam menerima informasi. Dia mengatakan, melek literasi syarat mutlak yang harus dipahami para pustakawan.

Selain M Nasir Nata, yang menjadi pembicara dalam seminar adalah Dr Firman Freaddy Busroh, SH, MHum (Duta Baca Sumsel).

Firman mengatakan, IPI memiliki peranan yang sangat penting memajukan perpustakaan di Sumsel.

Dia berharap, para pustakawan bukan hanya tukang jaga buku, namun menjadi corong informasi. Firman menambahkan, perpustakaan harus didesain dengan kreativitas dan inovasi, agar menarik minat orang.

Firman menilai, perpustakan yang ada di Sumsel saat ini, sarana dan prasananya masih tergolong belum memberikan pelayanaan yang baik. Dinas terkait dan kepala sekolah diminta segera bertindak.

Pemerintah daerah juga diminta memberikan perhatian besar terhadap perpustakaan.

“Kalau kita punya stadiun terbaik se-Indonesia, kenapa kita tidak membangun perpustakaan terbaik se-Indonesia pula,” kata Firman.

Pustakawan yang hadir dalam acara Musda IPI dan seminar tersebut tercatat 94 orang. #dod

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here