Sumsel Dukung Percepatan Pembangunan Tol Trans Sumatera

Gerbang Tol Palindra (FOTO : Istimewa)

Palembang, SumselSatu.com

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel mendukung program Pemerintah Pusat dalam percepatan  proyek jalan tol Trans Sumatera yang menelan dana sekitar Rp 81 triliun.

Dukungan itu diungkapkan Asisten III Pemprov Sumsel Eduar Juliartha dalam pembukaan fokus group discussion (FGD) tentang penelitian potensi dan penerapan skema value capture pada proyek jalan tol Trans Sumatera yang diselenggarakan Lembaga Pendidikan Ekonomi serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia di Hotel Aryaduta, Rabu (23/5) malam.

Eduar menjelaskan, pertemuan FGD ini untuk merespon apa yang ditugaskan Presiden Joko Widodo kepada Hutama Karya terkait jaringan jalan tol  Trans Sumatera. Ada skema supaya percepatan jalan tol yang menelan dana sekitar Rp 81 triliun ini dapat cepat terwujud dari Lampung hingga Aceh.

“Sumsel adalah bagian dari jalan tol Trans Sumatera. Jadi di sini kita mencari solusi alternatif bagaimana mempercepat pembangunan jalan tol Trans Sumatera dengan menggunakan program value capture. Sehingga siapa yang mendapat manfaat jalan tol itu ikut sharing untuk pembangunannya,” beber Eduar.

Eduar mengungkapkan, melalui FGD pihaknya ingin mendengarkan pandangan pemerintah daerah yang termasuk dalam bagian jalan tol Trans Sumatera yakni Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, dan Palembang.

“Terkait wacana itu Pemprov mendukung apapun skemanya. Karena jika jalan tol Trans Sumatera terwujud, maka Provinsi Sumsel akan mendapatkan dampak positif,” ucapnya.

Terkait jalan tol Palindra yang menjadi bagian tol Trans Sumatera, Eduar mengatakan, jalan tol dengan tiga ruas ini akan diuji coba. Namun untuk jalan tol ke Betung masih terkendala pembebasan lahan. “Kalau ganti rugi lahan kita tidak bahas,” ucapnya.

Eduar mengungkapkan, dana pembangunan jalan tol Trans Sumatera Rp 81 triliun itu cukup besar. Sehingga Hutama Karya mencari skema untuk mempercepat pembangunan jalan tol Trans Sumatera.

Sementara itu, Dosen Fakuktas Ekonomi Universitas Indonesia Uka Wikarya menuturkan,  pembangunan jalan tol Trans Sumatera terkendala dana yang ditetapkan sebesar Rp 81 triliun.

“Dana awalnya dari Pemerintah Pusat. Tapi angkanya besar. Jadi Hutama Karya cari skema untuk mempercepat pembangunannya. Hutama Karya butuh dana besar, namun finansialnya tidak ada. Namun Hutama Karya tetap menjalankan dengan sekuat mungkin,” paparnya.

Uka mengungkapkan, melalui FGD ini pihaknya menghitung dari sisi perekonomian finansial tidak ada dananya.

“Kita mendorong Hutama Karya tetap menjalankannya sekuat mungkin. Saya ingin menghitung dari sisi perekonomian sehingga dapat menambah PAD bagi pemda dan tambahan bagi pusat. FGD ini memastikan pemda mempersiapkan diri sebaik-baiknya,” pungkas dia. #nti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here