Usai Idul Fitri, Gas 3kg Naik Menjadi Rp16 Ribu

Ilustrasi distribusi gas LPG 3 kg

Palembang, Sumselsatu.com – Beban hidup masyarakat Sumsel dipastikan bakal bertambah. Setelah bakal menghadapi lonjakan harga pangan jelang bulan puasa, beban hidup juga bakal bertambah setelah adanya rencana kenaikan harga gas LPG 3 kilogram atau gas melon.

Harga gas 3 kilogram saat ini senilai Rp14.800/tabung. Direncanakan, kenaikan harga gas baru mencapai Rp16 ribu per tabung. Kenaikan ini akan dilakukan usai Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Idul Adha 2017.

“Kita mengusulkan ke Pemprov Sumsel kenaikan harga baru gas 3 kilogram menjadi Rp16 ribu, sebab harga Rp4.800 tidak mengalami kenaikan sejak tahun 2014. Menurut kami, kenaikan HET sudah wajar jika melihat harga barang pokok saat ini,” kata Sekjen DPD II Sumbagsel Hiswana Migas Nina Hikmah  usai melakukan rapat di ruang Setda Pemprov Sumsel, Selasa (23/5/2017).

Meski bakal naik, dia juga meminta masyarakat tidak khawatir dengan stok gas 3 kilogram yang dipastikan aman menghadapi puasa dan hari raya Lebaran. Selain itu, mereka menghimbau agar pangkalan gas tidak menjual gas terlalu tinggi dari HET sebesar Rp14.800

“Ya, pangkalan jangan menjual terlalu tinggi dari harga HET, kalau Rp15 ribu masih wajar. Tapi harga bisa tinggi jika di luar pangkalan. Makanya kita himbau masyarakat untuk membeli gas di pangkalan. Kalau ada pangkalan yang menjual harga terlalu tinggi akan kita berikan teguran dan sanksi,” tegasnya.

Menanggapi rencana kenaikan harga gas elpiji 3 kg, beberapa warga menyatakan keberatan. Pasalnya, beban hidup sudah semakin berat dengan penghapusan subsidi listrik dan BBM.

“Ini makin memberatkan, harga kebutuhan naik, gas naik, pendapatan tidak naik. Ini pemerintah makin mencekik rakyat,” ungkap Yanti, warga Tangga Buntung.

Apalagi kata dia, beban masyarakat makin tinggi menjelang bulan puasa, di mana semua kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

“Jelas kita sulit, sementara penghasilan suami tidak bertambah, sementara harga-harga pada naik. Kami minta pemerintah memikirkan nasib rakyat. Memang negara sudah banyak mencabut subsidi, tapi selama ini dampak subdisi yang dicabut belum kami dirasakan,” pungkasnya.

Ibu Rumah Tanggal di Kertapati bernama Mala, juga menyesalkan kenaikan ini. Apalagi momentumnya adalah usai Hari Raya Idul Fitri.

“Biasanya kita krisis uang habis Lebaran, karena konsumsi meningkat seperti menyambut lebaran, beli kue dan baju anak. Ini ditambah lagi dengan kenaikan harga gas. Jelas menambah beban, meski kenaikan harganya tidak terlalu tinggi,” sesalnya. (son)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here