
Palembang, SumselSatu.com
Emisi gas rumah kaca telah membawa perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan manusia. Untuk meminimalisir efek gas rumah kaca, Pemko Palembang akan memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
Program memperbanyak RTH tersebut dibahas dalam focus group discussion (FGD) penyusunan rencana aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang, Kamis (4/10/2018), di Hotel The Zuri, Palembang.
Sekda Kota Palembang Harobin Mustopa mengatakan,emisi gas rumah kaca menyebabkan perubahan iklim dunia, seperti curah hujan jadi tidak menentu, kekeringan, hingga menyebabkan gagal panen.
“Di sini kami membangun komitmen bersama menurunkan efek gas rumah kaca. Indonesia berkomitmen menurunkan efek gas rumah kaca sebesar 29 persen. Pemprov juga mendorong setiap kabupaten dan kota berperan aktif penurunan efek gas rumah kaca. Kami targetkan penurunan efek gas rumah kaca 11,79 persen pada 2030,” ujarnya.
Harobin menuturkan, Pemko Palembang memiliki visi Palembang EMAS Darussalam. Gerakan penurunan efek rumah dinilai selaras dengan visi dan misi Kota Palembang.
Selain itu, kata dia, Kota Palembang juga mendapat predikat kota metropolitan terbaik nomor dua layak huni dan udara terbaik dua kali berurut-turut.
“Harus kita cintai Palembang dengan menurunkan efek gas rumah kaca. Salah satunya adalah dengan mewujudkan Palembang kota pariwisata sungai, budaya, dan kota olahraga. Bahkan, kami targetkan 2030 Palembang jadi kota wisata sungai bertaraf dunia,” katanya.
Ke depan, lanjut Harobin, langkah konkret untuk menurunkan efek gas rumah kaca adalah dengan menambah ruang terbuka hijau (RTH).
“RTH sudah cukup bagus. Namun nanti akan kami perbanyak lagi,” ucapnya.
Kepala Bappeda Palembang Harrey Hadi menambahkan, efek dari gas rumah kaca adalah suhu bumi meningkat. Jika tidak ada aksi konkret maka es di kutub akan mencair.
“Aksi penurunan efek gas runah kaca ini menjadi agenda nasional yang harus di-support kabupaten dan kota. Antara lain menungkatkan ruang terbuka hijau, mengurangi efek gas rumah kaca,” katanya.
Harrey menjelaskan, asap kendaraan juga menyumbang CO2 ke udara. Jadi kemacetan juga menyebabkan peningkatan CO2. Sehingga salah satu langkah untuk mengurangi CO2 adalah dengan menggunakan transportasi massal light rail transit (LRT) dan bus.
“Selain itu menghindari pembakaran sampah. Buanglah sampah pada tempatnya jangan dibakar. Industri gas juga harus memerhatikan buangan gasnya di udara, ” ujar Harrey.
Harrey mengatakan, langkah kecil untuk mengurangi efek gas rumah kaca adalah dengan menanam satu rumah satu pohon.
“Satu pohon itu bisa men-supplay oksigen untuk dua orang,” ucapnya.
Bahkan, sambung Harrey, ke depan setiap kecamatan akan dibangun ruang terbuka hijau. Sekarang RTH itu ada di Kambang Iwak, Kampus, dan RS Siti Khadijah.
“RTH itu paling tidak 30 persen dari luas wilayah,” katanya.#nti