IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) di Indonesia hanya terdapat di perairan Sumatera Bagian Selatan serta terdapat pula di Kalimantan. Ikan ini menjadi primadona pencinta ikan air tawar dan merupakan salah satu hal yang wajib dipelihara untuk melengkapi aquascape akuarium.
Memiliki corak warna yang indah berbalurkan warna hitam dan orange kemerahan dengan sirip kemerahan, ikan ini terlihat anggun namun lucu. Ikan Botia termasuk ikan yang berumur panjang, dalam habitat aslinya dapat berumur hingga 20 tahun. Peminatnya tidak hanya dari dalam negeri, Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) termasuk salah satu dari tiga ikan hias dicari oleh pecinta ikan air tawar di mancanegara selain Arwana.
Di Indonesia ikan ini hanya berharga 5000 – 8000 Rupiah, namun di luar negeri harganya dapat naik 2-3 kali lipatnya. Menurut kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Palembang, Giri Pratikno, bahwa terjadi peningkatan kebutuhan pasar domestik atau lokal melonjak signifikan sebesar 61% selama periode 2016-2017.
“Di dalam periode Januari – Oktober 2017 saja, sudah sebanyak 118.792 ekor dengan 55 kali pengiriman keluar wilayah Sumatera Selatan. Dibandingkan tahun 2016 yang hanya 73.507 ekor dengan 25 kali pengiriman”, ungkap Giri.
Dijelaskannya, satu hal yang perlu menjadi catatan bahwa semua ikan Botia yang dikirim dari Sumatera Selatan merupakan hasil tangkapan dari alam wilayah Sumsel dan berakibat mengancam kelestariannya.
“Sebenarnya, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2014 sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 21 tahun 2014 tentang larangan mengeluarkan benih ikan Botia di bawah 3,5 cm dan ikan Botia di atas 10 cm. Hal ini semata-mata untuk menjaga kelestarian Ikan Botia agar dapat di nikmati anak cucu kita nanti”, jelas Giri.
Lanjut dia, ancaman terbesar adalah kehancuran habitat hidup Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) di Sumatera Selatan yang mulai rusak karena ulah manusia. Zonasi wilayah industri, pertanian, perkebunan mengabaikan habitat hidup ikan di sungai – sungai di wilayah Sumatera Selatan.
“Banyak keluhan dari masyarakat dan nelayan di pinggiran Sungai Musi mulai kesusahan mencari berbagai jenis ikan, padahal 10-20 tahun yang lalu ikan-ikan itu mudah didapat termasuk Ikan Botia”,
Untuk itu, lanjut Giri, berbagai cara dilakukan untuk melestarikan ikan ini, budidayanya pun di beberapa daerah sudah mulai dikembangkan, namun hasilnya belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Perlu adanya kebijakan yang tepat dalam mendukung pengembangan ikan hias yang satu ini, karena inilah satu-satunya ikan hias asli perairan Sumatera Selatan yang diperhitungkan dunia”, tukasnya. #ard