Harga Getah Karet Kian Turun, Petani Terpaksa Jadi Buruh Serabutan

GETAH KARET ----- Kepingan getah karet di salah satu pengempul di Banyuasin, petani tak semangat menjual karet hasil sadapan karena harga yang terus turun. (FOTO: SS1/ISTORA)

Banyuasin, SumselSatu.com

Sepekan terakhir, harga getah karet terus mengalami penurunan dari harga semula Rp7000/kg  menjadi Rp6000/kg. Kondisi ini memaksa petani mencari solusi untuk mencukupi kebutuhan hidup, salah satunya menjadi buruh serabutan.

Pikri (35), pengurus kelompok tani karet di wilayah Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (1/12/2018), menuturkan, kondisi petani karet kini terasa tak menentu akibat terus menurunnya harga getah karet.

“Sejak sepekan terakhir harga getah karet turun terus, mana cuaca kurang mendukung,” keluh dia saat berbincang dengan SumselSatu.com.

Karet memang merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah Kecamatan Banyuasin III, bahkan hampir semua masyarakat Kabupaten Banyuasin menggantungkan mata pencaharian dari berkebun karet.

Biasanya, sepekan sekali petani menimbang dan menjual getah karet hasil sadapan. Kecenderungan  harga karet yang terus merosot jelas menghadirkan dilema bagi petani karet. Kalau tidak menyadap maka dapur tidak bisa mengepul, menyadap juga terasa enggan lantaran harganya benar-benar tidak seimbang dengan harga kebutuhan pokok yang harus dibeli.

Hal ini membuat sebagian petani karet harus mencari solusi lain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu langkah yang ditempuh yakni menjadi buruh serabutan menebas kebun.

“Kerja apapun yang penting bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, kalau hanya mengandalkan getah karet tidak berasap dapur, belum lagi kebutuhan anak sekolah, wah bisa stress, Bro,” ujar Damset, seorang petani karet. #tio

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here